Malam Natal di Jepang dirayakan lebih seperti Hari Valentine. Pada minggu-minggu menjelang Natal, dan pada hari itu sendiri, pasangan muda menikmati hal-hal mesra seperti berjalan-jalan sambil bergandengan tanga, berkeliling pasar Natal, berbagi makanan romantis di restoran mahal, dan makan “kue Natal".
Kue Natal khas Jepang merupakan sponge cake, yang dilapisi whipped cream dan dihiasi stroberi segar. Dan rasanya sangat enak. Meski tampak biasa saja, ada banyak hal yang bisa diceritakan tentang kue Natal Jepang yang terkenal ini. Berikut adalah lima fakta mengejutkan tentang kue Natal Jepang yang perlu kamu ketahui.
1. Ada Di Mana-mana
Kue Natal sangat dominan dalam budaya Jepang sehingga selama musim perayaan, kue ini dijual di mana-mana. Kunjungi 7-Eleven terdekat selama bulan Desember, dijamin kamu akan menemukan berbagai kue Natal yang dibekukan dengan gundukan krim, stroberi merah segar, dan berbagai ornament Natal, manusia salju, malaikat, dan karangan bunga. Kue ini biasa disponsori oleh selebriti atau grup idola, dan persembahan tahun ini didukung oleh grup idola Jonny King & Prince.
2. Ada Emoji Kue Natal
Tidak hanya sekali tetapi dua kali fitur kue Natal Jepang menjadi satu-satunya emoji kue dalam pemilihan emoji di smartphone Jepang. Kamu bebas menggunakannya sepanjang tahun. Sangat menggemaskan!
3. Memiliki Konotasi yang Tidak Sopan
Begitu tanggal 25 Desember tiba, kue Natal Jepang dijual dengan diskon besar-besaran. Fakta ini memulai istilah gaul dalam bahasa Jepang dengan arti mengerikan. Istilah “kue Natal" mengacu pada wanita yang belum menikah setelah ulang tahun ke-25. Pada dasarnya, setelah kamu berusia lebih dari 25 tahun, kamu telah mencapai tanggal "kadaluarsa".
4. Warna dan Bentuknya Simbolis
Apa yang berwarna merah dan putih dan bulat? Jika kamu mengatakan "kue Natal Jepang", kamu tidak salah, tapi yang sebenarnya dimaksud adalah bendera nasional Jepang! Lapisan gula putih dengan stroberi menunjukkan latar belakang putih dan lingkaran merah (mewakili matahari, bukan stroberi) yang menjadi lambang negara Jepang.
5. Masalah Status
Menurut David W. Plath dalam The Journal of American Folklore, kue tersebut adalah cara Jepang untuk meniru kemakmuran pasca-perang Amerika, yang dikemas dengan citra makan malam Natal bersama keluarga. Jika dinegara lain Natal dirayakan dengan kalkun sebagai menu utama, di Jepang, kue adalah menu utamanya. Kue penuh gula dan berisi krim merupakan representasi dari segala sesuatu yang ingin dicapai Jepang pada tahun-tahun setelah Perang Dunia II ketika makanan, terutama barang-barang mewah seperti permen dan kue, langka.