Fugu adalah jenis ikan, orang Indonesia biasa menyebutnya 'buntel durian'. Ikan ini jadi salah satu makanan favorit warga Jepang. Tapi ikan ini terkenal beracun, salah masak saja bisa berakibat fatal!
Alasannya sudah jelas, kesalahan sedikit saja, traveler yang memakannya bisa saja meninggal. Mengutip BBC, Kamis (29/1/2015), 23 orang meninggal karena makan Fugu sejak tahun 2000. Zat beracun yang ada di dalam Fugu adalah 'tetrodotoxin', yang menyebabkan kebal pada mulut dan berujung pada kematian.
Bahkan bagi warga Jepang, Fugu termasuk makanan mahal. Restoran milik Miura-san menyuguhkan menu Fugu dengan harga USD 120 (Rp 1,5 juta) per kepala. Ini karena tak banyak koki yang bisa mengolahnya sehingga aman untuk dimakan. Pertama, Miura-san menaruh ikan Fugu kemudian memotong sirip, dan membuka kepalanya untuk mengeluarkan otak dan mata Fugu. Bagian-bagian tersebut kemudian disimpan di tempat khusus bertuliskan 'non-edible'. Miura-san kemudian membuang kulit Fugu. Bagian atasnya berwarna hijau dan berduri, bagian bawah berwarna putih. Dia kemudian membelah perut Fugu dan mengeluarkan indung telurnya. "Ini adalah bagian yang paling berbahaya. Tapi bagian hati dan usus juga cukup beracun," tuturnya. Satu bagian ovarium itu cukup untuk membunuh Anda. Miura-san kemudian menaruh bagian paling beracun tersebut ke dalam satu tempat, menghitung apakah benar dia sudah mengeluarkan seluruh bagian yang beracun, kemudian menaruhnya di satu tempat khusus yang terkunci rapat. Organ-organ beracun itu kemudian akan dibawa ke Tsukiji Market, pasar ikan terbesar di Tokyo, untuk kemudian dibakar bersama organ-organ beracun dari restoran lainnya yang menyuguhkan menu Fugu. Di restorannya, Miura-san menyuguhkan sate Fugu dan Fugu bakar dengan saus teriyaki. Selain itu, traveler juga bisa mencicipi Fugu-sashimi. Fugu mentah paling cocok dicocol saus soyu khas Jepang. Tak sedikit wisatawan yang penasaran dan mencicipi kuliner ekstrem ini. Selain di restoran kelas atas, makanan berbahan dasar Fugu juga bisa ditemukan di restoran dan pub (Izakaya). Berani mencoba?