Film animasi yang diambil dari anime Detective Conan, terhitung memiliki jumlah yang sangat banyak. Tahun ini, filmnya yang ke-18 berjudul Detective Conan: Dimensional Sniper sudah tayang di bioskop indonesia. Di Jepang sendiri, film adaptasi manga karangan Aoyama Gosho ini telah dirilis sejak lama, yaitu pada 19 April 2014 lalu. Kisahnya sendiri mengambil tema seorang penembak jitu yang membuat teror terhadap orang-orang incarannya hingga membuat penduduk kota panik. Lalu, seperti apakah filmnya? Film dibuka dengan Conan, Profesor Agasa, Ran, dan kawan-kawan kecilnya sedang berada di Menara Bell Tree yang tingginya 635 meter. Saat rombongan tersebut beserta pengunjung lainnya sedang menikmati keindahan dari ketinggian, tiba-tiba seorang pria tewas ditembak dari kejauhan yang pelurunya mampu menembus jendela menara. Akhirnya, Detective Conan pun mengejar pelakunya bersama dengan Masumi Sera yang sudah berada di sana sejak awal. Pengejaran pun berlangsung seru dan berbahaya hingga melibatkan banyak polisi. Sayangnya, sang pelaku kabur saat tak sengaja terlempar ke laut. Kasus pun berkembang dengan adanya kecurigaan dari pihak kepolisian Jepang dan FBI terhadap seorang sniper (penembak jitu) asal Amerika Serikat. Sang tersangka juga pernah terlibat dengan Angkatan Laut Amerika Serikat, Angkatan Laut SEAL, serta para mantan perwira militer Amerika Serikat lainnya yang sedang bekerja di Jepang. Ternyata, kasus pembunuhan di menara hanyalah awal dari rentetan rencana pembunuhan lain dari sang tersangka yang melibatkan mantan rekan-rekannya sewaktu masih bertugas di lingkungan militer. Bahkan, ia sukses membuat seisi kota menjadi panik. Sedikit demi sedikit, misteri pun terkuak hingga munculnya hal-hal tak terduga. Conan pun sebisa mungkin membantu agen FBI menangkap pelaku utamanya. Klimaksnya, Ran, Sonoko, dan kawan-kawan kecilnya turut terlibat untuk menangkap sang penjahat bersama Subaru Okiya yang juga familiar di mata penggemar anime Detective Conan. Film animasi Detective Conan: Dimensional Sniper pun berakhir dengan sangat menggembirakan. Tema yang diangkat oleh penulis naskah Kazunari Kouchi di bawah arahan sutradara Kobun Shizuno ini memang cukup menarik. Skandal di lingkungan militer Amerika Serikat, serta konspirasi dari pelakunya, digambarkan sangat mendalam dengan warna khas anime Conan. Karakter Shuichi Akai yang dalam kisah aslinya diperlihatkan seolah sudah tewas, turut dimunculkan dalam adegan kilas balik melalui pikiran Jodie Starling. Subaru Okiya tampil sebagai karakter pendukung yang menjadi pamungkas di saat-saat terakhir. Film ini juga memasukkan banyak adegan laga ala film Hollywood di awal cerita. Akan tetapi, imajinasi yang terlalu berlebihan dari aksi Conan Edogawa (meskipun ia adalah versi anak kecil dari detektif remaja Shinichi Kudo) di awal serta klimaks film, berpotensi menimbulkan kesan yang sangat tidak masuk akal bagi beberapa penonton. Di luar kelemahan lain seperti alur yang terlalu lambat dan durasi yang terasa seperti diulur-ulur oleh bumbu adegan yang dirasa kurang penting khas anime Jepang, namun jika disikapi dengan santai, film ini sangat menghibur dan seru untuk diikuti. Bagi yang belum menyaksikannya, lalu tertarik menonton setelah membaca tulisan ini, Anda bisa langsung ke bioskop Blitz Megaplex terdekat. Namun meski Detective Conan memiliki genre film animasi, ada baiknya Anda tidak mengajak anak-anak di bawah 12 tahun saat hendak menyaksikannya.