Berita Jepang | Japanesestation.com

Kyoto mungkin dikenal orang sebagai kota paling bersejarah di jepang. Namun nyatanya, Osaka juga sama saja. Ya, area pesisir Osaka merupakan rute perdagangan sejak zaman feodal Jepang dulu, dan kota inilah yang menjadi pusat perdagangan di Jepang saat Tokyo masih menjadi sebuah kota terpencil bernama Edo. Nah, sebagai mantan kota bersejarah yang selalu sibuk hingga kini, tidak aneh kan jika saat dilakukan pembangunan kembali, ada sisa-sisa peninggalan masa lalu yang ditemukan? Tulang belulang misalnya?

Distrik di sekitar Stasiun Osaka disebut Umeda, dan sub-seksi di mana proyek pembangunan kembali dilakukan disebut Umekita (gabungan dari “Umeda” dan kita/”utara”). Namun, sebelum menjadi seperti sekarang, tempat ini dikenal dengan nama Umeda Haka atau Pemakaman Umeda, salah satau dari 7 pemakaman utama di Osaka. Karena itu, tidak aneh jika Dewan Pendidikan Kota Osaka dan Asosiasi Properti Budaya Kota Osaka mengumumkan bahwa tim survei proyek pengembangan Umekita menemukan tulang belulang milik lebih dari 1.500 orang di situs proyek tersebut kan?

osaka tulang japanesestation.com
Situs tempat ditemukannya tulang belulang (city,osaka.lg.jp)

Para surveyor pun mulai meneliti berbagai gaya pemakaman, mulai dari peti kayu tertutup, dengan wadah terbuka seperti tong, serta pemakaman dengan peti mati tembikar yang disebut kameganbo (“peti penyu”). Meski kremasi adalah bentuk pemakaman paling umum di Jepang kini, para surveyor menemukan bahwa ada mayat yang dikremasi dan tidak dikremasi. Beberapa tubuh juga dimakamkan bersama dengan barang-barang penguburan seperti juzudama (semacam tasbih rosario), rokusenmon (sebuah set yang terdiri dari 6 koin yang digunakan utuk menyebrangi Sungai Sanzu yang dikabarkan memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat), pipa, dan boneka tanah liat.

Di bagian lain dari situs tersebut, ditemukan sebuah makam masal dengan tubuh mayat yang hanya tertutup tanah. Melihat angka orang-orang yang terlihat dikubur dalam saat yang bersamaan, para peneliti menduga bahwa pemakaman itu dibuat setelah sebuah wabah menyerang dan merenggut nyawa banyak orang dalam periode singkat.

Ini bukanlah kali pertama ditemukannya tulang belulang saat pengembangan kota di Osaka. Pada sebuah survey di tahun 2017, ditemukan sisa tubuh milik 200 orang. Meskipun begitu, penemuan kali ini adalah penemuan terbesar di Osaka. Peneliti pun percaya bahwa tulang belulang dari tubuh-tubuh yang ditemukan kali ini adalah penduduk biasa, bukanlah anggota aristokrat. Diharapkan, penelitian selanjutnya dapat menemukan wawasan baru tentang gaya hidup sehari-hari dan sistem penguburan orang Jepang pada akhir zaman Edo (1603-1868) dan 20 tahun pertama di zaman Meiji (1868-1912), saat pemakaman itu masih aktif digunakan.