Jumlah kecelakaan jalan yang melibatkan rusa telah meningkat secara konsisten di Prefektur Hokkaido, mencapai rekor tertinggi dalam tujuh tahun berturut-turut dengan puncaknya pada tahun 2023 sebanyak 5.287 kecelakaan, termasuk dua kematian.
Para pengemudi di prefektur tersebut telah diingatkan untuk lebih berhati-hati karena serangkaian insiden di mana rusa Yezo sika berlari ke jalanan prefektur paling utara Jepang tersebut hingga menyebabkan kecelakaan lalu lintas serius, yang mengakibatkan luka-luka dan kematian.
Menurut kepolisian prefektur Hokkaido, jumlah kecelakaan lalu lintas yang melibatkan rusa mengalami tren peningkatan sejak tahun 2016. Pada tahun 2023, terjadi peningkatan 2,9 kali lipat dibandingkan satu dekade sebelumnya.
Dilansir melalui Kyodo, kecelakaan lalu lintas yang melibatkan rusa antara tahun 2019 hingga 2023 telah menyebabkan tujuh orang tewas dan 26 orang luka-luka.
Pada sore hari tanggal 26 Oktober 2022, misalnya, sebuah minivan bertabrakan dengan sebuah truk di jalur berlawanan di Rute Nasional 272 di Kota Shibecha, Hokkaido timur, setelah van menabrak seekor rusa yang tiba-tiba masuk ke jalan.
Dua pria di dalam van tewas dan pengemudi truk pria mengalami luka serius. Seekor rusa betina besar ditemukan tewas di lokasi kejadian.
Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan rusa Hokkaido seringkali terjadi selama periode kawin mereka antara Oktober dan Novembe, dengan senja menjadi waktu terjadinya kecelakaan.
Menurut divisi kehidupan liar pemerintah prefektur Hokkaido, rusa Yezo sika hampir punah selama era Meiji (1868-1912). Namun, jumlah mereka mulai meningkat pada tahun 1980-an, sebagian akibat pembatasan berburu.
Populasi rusa di Hokkaido, di luar wilayah yang berada di bawah pengawasan pemerintah subprefektur Shiribeshi, Hiyama, dan Oshima di bagian barat pulau tersebut, diperkirakan mencapai 720.000 pada tahun anggaran 2022, naik 1,8 kali lipat dari tahun anggaran 2000. Populasi juga meningkat di ketiga subprefektur tersebut.
Baru-baru ini, populasi rusa Hokkaido telah berkembang ke arah barat akibat tahun-tahun dengan curah salju relatif rendah di sepanjang Laut Jepang, yang membuat mereka lebih mudah untuk menghabiskan musim dingin di luar habitat asli mereka. Para ahli mengatakan peningkatan jumlah tersebut di daerah dengan lalu lintas padat menjadi faktor utama peningkatan kecelakaan.