Berita Jepang | Japanesestation.com

Masyarakat di beberapa wilayah di Jepang, seperti Tokyo, saat ini tengah menghadapi cuaca panas yang sangat ekstrim, bahkan cuaca di Prefektur Saitama dilaporkan mencapai yang tertinggi, yaitu 41 derajat Celcius. Bagi sebagian orang yang tidak melakukan pekerjaan di luar rumah, dan pergi bekerja dengan menggunakan kereta komuter yang padat setiap pagi, mungkin ini bukanlah hal yang terlalu meresahkan. Namun, bagi mereka yang beraktivitas di luar ruangan, nampaknya harus menyiasati dengan mengenakan pakaian yang cocok dan nyaman di musim panas.

Ada pemandangan unik ketika gadis-gadis Jepang menghadapi panas, terlebih saat mereka menaiki transportasi umum seperti kereta maupun. Musim panas membuat sebagian besar diantara gadis-gadis tersebut memilih memakai pakaian berbahan tipis dan terkadang juga lebih terbuka, sehingga lebih banyak memperlihatkan bagian kulit mereka.

Salah seorang wanita Jepang baru-baru ini menaiki kereta di pusat kota, dia telihat mengenakan celana pendek denim yang fashionable. Dia jelas ingin menghindari cuaca panas ekstrim saat ini, namun, yang menarik perhatian adalah adanya dua lubang besar, yang seperti sengaja dirobek pada bagian bokongnya.

Bisa jadi, celana pendek tersebut memang merupakan mode fashion yang tengah populer di kalangan gadis-gadis saat ini. Tapi sepertinya, sang pengguna sengaja mencoba memperluas lubang pada celana untuk memberikan sirkulasi udara yang lebih baik dan lain-lain. Atau mungkin, dia juga seorang pengidap fetish tertentu, karena hasilnya orang lain di kereta dapat melihat bokongnya dengan jelas melalui lubang di celana pendek.

Tidak mengherankan, jika hal tersebut kemudian menarik perhatian dari sesama penumpang kereta, dan ada pula yang mengambil foto dan membagikannya di dunia maya.

Gelombang panas yang sangat ekstrim ini juga ikut mempengaruhi harga sayuran di Jepang yang melonjak setinggi 65 persen, di beberapa daerah yang terkena banjir dan tanah longsor, hal ini juga menghambat upaya pembersihan dan pemulihan. Menurut data yang disampaikan pemerintah Jepang baru-baru ini, ada sebanyak 65 orang tewas dalam kurun waktu satu minggu hingga tanggal 22 Juli kemarin, jumlah tersebut naik dari 12 orang dari minggu sebelumnya.