Kaisar Akihito, yang akan segera turun takhta dan menyerahkan Singgasana Kekaisaran Jepang kepada putranya tahun depan, hari ini menyapa para rakyat yang disambut oleh sorakan dari puluhan ribu rakyat Jepang pribumi maupun asing untuk mengucapkan selamat Tahun Baru di Istana Kekaisaran.
"Selamat Tahun Baru," sapa kaisar berusia 84 tahun itu dari balkon. "Saya berharap tahun ini akan menjadi tahun yang baik dan memuaskan secara spiritual bagi sebanyak mungkin orang."
Putra Mahkota Naruhito dan istrinya muncul di sisi sang kaisar. Masako, mantan diplomat, telah menderita stres dan sering melewatkan acara publik. Tidak jelas bagaimana dia akan melangkah ke perannya yang akan datang sebagai permaisuri.
Kasus turun takhta seorang kaisar sangat jarang terjadi di Jepang, kaisar turun takhta yang terakhir terjadi berlangsung pada 200 tahun yang lalu. Akihito sendiri mendapatkan singgasananya dari sang ayah, Kaisar Hirohito yang meninggal pada tahun 1989 karena penyakit. Namun, Kaisar Akihito akan turun takhta pada tanggal 30 April 2019 setelah dia menyatakan keinginannya untuk turun takhta karena masalah usia dan kesehatan.
Tahun Baru merupakan kesempatan langka bagi masyarakat untuk menyambut kaisar di istana, dan tahun ini diharapkan bisa menarik lebih banyak orang daripada biasanya karena masa pensiunnya akan segera tiba. Selain tahun baru, dia juga tampil dan menyapa masyarakat pada ulang tahunnya di bulan Desember.
Peran kaisar telah menjadi simbolis setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II dan kini keluarga kekaisaran tidak memiliki kekuatan politik.
Naruhito dan Masako memiliki seorang putri bernama Putri Aiko, tapi hanya laki-laki yang bisa mewarisi tahta. Masako disebut menderita stress karena tidak melahirkan anak laki-laki. Sejak awal saat menikahi Naruhito, pada tahun 1993, publik mengetahui tekanan yang mungkin dia hadapi di keluarga kerajaan yang terikat tradisi. Naruhito, yang berpendidikan di Oxford, membuat sebuah pernyataan yang dipublikasikan secara luas bahwa dia akan melindungi Masako. Naruhito memiliki adik laki-laki yang memiliki anak laki-laki di antara ketiga anaknya.
Kaisar Akihito menikahi Permaisuri Michiko yang merupakan masyarakat biasa yang tidak memiliki jabatan. Pernikahan mereka merupakan pernikahan pertama antara pangeran dan gadis biasa yang kemudian sangat dicintai dan populer di kalangan rakyatnya. Meskipun Jepang memperjuangkan Perang Dunia II atas nama kaisar, Akihito selalu membela perdamaian. Sebelum pasangan kerajaan tersebut pensiun, mereka diharapkan untuk mengunjungi tempat-tempat yang memperingati perdamaian, serta bertemu dengan orang-orang yang meninggalkan rumah mereka setelah tsunami 2011 yang memicu bencana nuklir di timur laut Jepang.
(featured image : Japan Today)