Berita Jepang | Japanesestation.com

Tahun ini, jumlah wisatawan di Jepang mengalami lonjakan yang tinggi, termasuk wisatawan Muslim. Menyambut kenaikan jumlah wisatawan Muslim yang berkunjung, Jepang menghadirkan berbagai fasilitas yang menunjang kebutuhan wisatawan Muslim. Misalnya dengan memperbanyak ruang salat di pusat perbelanjaan. Pilihan untuk menikmati kuliner Jepang yang halal pun semakin banyak, salah satunya adalah Honolu Grande Kyoto.

Kuliner halal Jepang.
Sekelompok wisatawan Muslim asal Malaysia yang menikmati ramen halal di Honolu Grande Kyoto (Seira Unegouchi/Yomiuri).

Rumah makan yang terletak di kawasan Shijo-Kawaramachi ini khusus menghadirkan masakan ala Jepang dengan sertifikat halal yang membuat wisatawan Muslim merasa nyaman. Di sini, kamu bisa menikmati ramen hingga sukiyaki yang lezat. Tidak hanya itu, Honolu Grande Kyoto juga dilengkapi dengan Mushola.

Honolu Grande Kyoto sendiri berdiri dalam gedung milik Assetfrontier Co., sebuah operator rumah makan yang berkomitmen untuk menyediakan kuliner halal. Dashi untuk ramen dari perusahaan ini terbuat dari kombu, jamur shiitake dan serpihan bonito.

Perusahaan ini bahkan mendatangkan kecap dan daging sapi dari Jepang atau luar negeri yang telah dilengkapi sertifikat halal. Dalam agama Islam, makanan halal tidak hanya sebatas tanpa daging babi dan alkohol, melainkan termasuk cara mengelola dan menyiapkan makanan.

Mushola di Honolu Grande Kyoto.
Ruang mushola yang ada di Honolu Grande Kyoto (Seira Unegouchi/Yomiuri).

Satu porsi ramen di Honolu Grande Kyoto dihargai lebih dari 4.000 yen, tapi tentu sangat sepadan dengan kenyamanan pengalaman wisata para wisatawan Muslim.

Selain Honolu Grande Kyoto, Ryotei dan Arashiyama Yosiya juga bisa menjadi opsi kuliner halal saat berada di Kyoto. Tak perlu khawatir, rumah makan ini sudah mendapatkan sertifikat halal sejak tahun 2016.

Menurut keterangan dari Kyoto Council urusan syariah dan halal, hanya ada 20 rumah makan di Kyoto yang mendapatkan sertifikat halal dan banyak dari mereka yang tutup setelah pandemi. Biaya yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan menjadi tantangan utama dalam mengelola bisnis rumah makan halal.