Sebagai perusahaan hiburan terlama dan terbesar di Jepang, Yoshimoto selalu berusaha membuat inovasi baru di dunia hiburan Jepang. Salah satu inovasi mereka yang terbaru adalah untuk membuat akademi seni tari yang dipimpin oleh seorang legenda Teater Broadway dari Amerika Serikat, Hinton Battle yang bernama Hinton Battle Dance Academy di Osaka dan Tokyo. Team Japanese Station sendiri memiliki kehormatan untuk mewawancarai Hinton Battle yang telah memenangkan 3 piala Tony Awards ini. Mari kita simak hasil bincang-bincang dengan Hinton Battle mengenai kerjasama dengan Yoshimoto, etika kerja orang Jepang dan wajah industri hiburan Jepang!
Sudah berapa kali Anda berkunjung ke Jepang?
Ini kira-kira kedua puluh kalinya saya berkunjung ke Jepang. Pertama kali saya ke sini pada tahun 1987 untuk acara American Variety Bang 1 di NGK Theater Osaka. Lalu 30 tahun setelah itu saya mendapatkan telepon dari Osaki san untuk membangun sebuah akademi.
Dari mana datangnya ide untuk membangun akademi tari ini bersama Yoshimoto?
Sebenarnya ide ini berasal dari pihak Yoshimoto. Pada saat American Variety Bang 2, dua minggu sebelum acara, Osaki san mengajak saya untuk bertemu. Waktu itu saya sangat gugup, saya kira dia mau memecat saya dua minggu sebelum pertunjukan berakhir. Dan tidak tahunya dia bilang dia ingin membuka akademi tari di Jepang. Tentu saja saya pikir itu ide yang bagus.
Tentu saja untuk memasuki akademi tari ini Anda akan mengadakan audisi untuk menjaring murid-murid yang berpotensi. Apa yang anda harapkan dari audisi tersebut?
Saya memiliki sedikit pengalaman mengaudisi penari Jepang. Saya dan Yoshimoto pernah terlibat dalam sebuah acara TV bertajuk Road To Broadway, sebuah acara kompetisi di mana kami memilih sejumlah penari dari 600 orang. Dan penari-penari yang terpilih ini diharuskan melakukan beberapa hal, yaitu kami membawa mereka ke New York selama dua minggu untuk berlatih secara intens. Mereka harus menghadiri kira-kira 2-3 kelas/hari selama 6 hari dalam seminggu. Mereka diajari berbagai macam teknik ballet, hip-hop, modern dan rhythm tap. Jadi saya memiliki pengalaman menyenangkan bekerja sama dengan penari-penari Jepang.
Apa harapan anda terhadap murid-murid dari akademi tari ini?
Misi kami, baik dari sisi saya maupun Yoshimoto adalah untuk menciptakan penari yang tidak hanya mahir di aliran tari tersebut tapi juga juga bisa mengubah industri hiburan di Jepang maupun secara internasional. Agar mereka bisa bekerja di Broadway, perfilman, televisi. Mengajar mereka agar mereka memiliki kemampuan yang beragam. Saya membawa penari-penari yang saya kagumi dari berbagai aliran dance tersebut untuk menjadi jajaran pengajar dari akademi ini. Akademi ini akan menawarkan kurikulum yang tidak bisa Anda dapatkan di Jepang. Biasanya kurikulum seperti ini hanya bisa Anda dapatkan di Amerika Serikat dan saya melihat banyak penari Jepang yang masuk ke akademi-akademi di Amerika Serikat tersebut. Biasanya setelah menempuh pendidikan tersebut mereka akan kembali ke Jepang dan menjadi bintang. Jadi dengan membangun akademi ini di Jepang misi kami adalah untuk membentuk penari-penari asal Jepang yang akan menjadi pemimpin di dunia entertainment yang nantinya akan bisa mengubah wajah penari asal Jepang begitu pun tariannya. Hal yang paling bagus soal penari Jepang yang pernah bekerja sama dengan saya dalam acara TV tersebut adalah saya menyadari bahwa mereka menirukan teknik dengan sangat bagus tapi hal itu tidak berasal dari hati mereka. Mengajari mereka untuk menjadi perfomers sekaligus memiliki teknik yang bagus adalah misi kami. Kami tahu dari pengalaman kami bekerja sama dengan mereka selama 8 bulan untuk acara TV Road To Broadway, bahwa teknik pengajaran kami memang menghasilan perubahan, mereka melihat sendiri peningkatan dalam skill mereka dan mereka pun jadi lebih mencintai seni tari. Saya tidak mengatakan bahwa perjalanan itu mudah bagi mereka, karena orang Jepang tidak dibesarkan untuk menjadi ekspresif dan tidak terbiasa dengan cara pengajaran ini. Metode ini mengajak mereka untuk keluar dari kebiasaan mereka namun mereka tetap merasa aman dan juga lebih berani. Jadi itulah misi kita dan kita tahu persis bahwa respon para penonton sangat bagus karena para penari ini berbagi apa yang mereka alami, apa yang mereka rasakan.
Apakah Anda merasa ada tantangan dalam meraih misi tersebut karena Anda sempat bilang bahwa orang Jepang tidak dibesarkan untuk menjadi ekspresif, berani, agresif and penuh hasrat? Dengan jajaran pengajar Anda kira-kira tantangan macam apa yang akan kalian hadapi?
Tepat sekali! Saya pikir itulah tantangan yang akan saya hadapi dengan penari Jepang. Saya rasa juga ada imbas dari kebiasaan makan mereka. Badan mereka biasanya sangat fleksibel dan mereka bisa melakukan lebih banyak gerakan secara natural. Lalu di atas semua itu anda memberikan pelatihan dan pengetahuan agar mereka bisa menjadi bebas mengekspresikan diri mereka, saya pikir inilah yang akan menjadi tantangan terbesar. Ini tantangan yang tentunya bisa dilalui karena dalam 8 bulan pelatihan, kami menyaksikan mereka bergerak dari titik A ke Z. Tentu saja, itu sangat sulit, intens, mereka harus bekerja keras, tentu saja ada kecelakaan, jerih payah, rasa ingin menyerah tapi pada akhirnya, ada satu penari wanita yang melihat dirinya berkembang dan menjadi sangat percaya diri akan kemampuannya. Sangat memuaskan bagi kami untuk melihat hal itu terjadi, melihat mereka semua berkembang dan mengerti bahwa tidak apa-apa untuk memperbolehkan perubahan itu terjadi kepada diri mereka. Kami ingin menciptakan itu dalam skala besar. Saya dan Yoshimoto merasa bahwa kami bisa mengubah wajah para pemain industri dunia tari Jepang secara lokal mau pun internasional. Karena orang akan melihat mereka dan mereka akan menemukan sesuatu yang baru.
Ada banyak hal yang harus ditempuh oleh para penari tersebut di dalam jangka waktu 8 bulan pelatihan. Apakah murid Anda pernah mengeluh?
Orang Jepang biasanya tidak mengeluh tapi kita bisa melihat jika misalnya ada yang menangis di pojokan karena mereka tidak bisa menangkap sebuah teknik dengan cepat. Saya orang yang cukup keras, saya menuntut banyak hal, dan hal yang menarik dari murid-murid di Jepang adalah keinginan mereka yang kuat. Mereka bekerja dengan sangat sangat sangat keras. Etika bekerja dan bakat alami mereka yang sangat mengagumkan membuat saya yakin kalau secara bersama-sama kami akan mencapai hal-hal yang luar biasa.
Ada beberapa penari bagus yang mengikuti audisi acara TV tapi tidak memiliki teknik sama sekali, tapi saya tahu kalau kita bekerja dengan mereka dan memberikan mereka pelatihan teknik, mereka akan menjadi hebat sekali. Jadi sekarang dengan adanya Hinton Battle Dance Academy, kami memberikan mereka kesempatan bagi mereka untuk membawa mereka ke posisi yang mereka inginkan. Karena mereka sudah memiliki rasa cinta yang mendalam terhadap seni tari, jadi kita ingin memberikan mereka rasa nyaman untuk mengekspresikan rasa tersebut.
Anda sempat menyebutkan tentang etika kerja. Apakah Anda melihat perbedaan yang mendalam antara penari Jepang dan penari Amerika?
Oh yeah! (tertawa) Ketika saya mengajar di akademi tari di Amerika Serikat saya melihat murid yang melakukannya karena mereka benar-benar ingin menari dan ada juga murid yang menari karena dorongan orang tua mereka, saya tidak menemukan hal itu di Jepang. Saya melihat bahwa semua orang di dalam ruangan itu sangat ingin menari dan bekerja keras. Cara kerja mereka pun sangat positif jadi saya berpikir itulah perbedaan mendasar menurut saya dan itulah yang membuat saya tertarik untuk membuka akademi tari di Jepang. Karena mereka sangat menginginkannya, walau pun ada berbagai macam kesulitan, mereka tidak menyerah dan terus berusaha. You gotta hustle!
Selain di Jepang, apakah anda tertarik untuk membuka akademi tari di negara lain?
Tentu saja! Di Indonesia misalnya. Yang hal paling menarik dari bekerja dengan kebudayaan lain adalah mereka membawa sedikit dari kebudayaan mereka ke dalam tarian yang kami ajarkan dan bersama kita bisa mengembangkan itu dan menciptakan sesuatu yang baru, membawanya ke level yang berbeda, itu yang membuatnya menarik. Dan untuk saya sebagai orang Amerika yang memiliki estetika Amerika, saya juga mendapatkan sesuatu yang baru; saya dapat mempelajari estetika orang Jepang dan bisa menambahkan sesuatu ke dalam estetika mereka dan menciptakan sesuatu yang lebih baik. Buat kami itu menyenangkan karena kami akan memberikan mereka teknik dan kami akan melihat bagaimana mereka akan menggunakan teknik tersebut. Kita tidak ingin mereka hanya terpaku kepada kami, kami ingin mereka menjelajahi dunia melalui seni tari. Kami juga akan menciptakan pertunjukan untuk mereka bisa memperlihatkan kebolehan mereka. Itulah hal yang saya sukai dari bekerja sama dengan Yoshimoto karena mereka memiliki dukungan yang luar biasa terutama untuk sebuah akademi tari. Kami tidak hanya akan memberikan mereka pembelajaran dan sebuah ijazah, namun kami juga akan mencarikan pekerjaan agar mereka bisa hidup sebagai performer.
Anda sempat menyebutkan bahwa akademi tari ini akan membuat pertunjukan untuk para siswanya. Kira-kira seberapa sering pertunjukan ini akan berlangsung?
Dalam akademinya sendiri kita akan mengadakan pertunjukan tahunan, jadi kita bisa memperkenalkan bakat baru kepada media Jepang. Tim Yoshimoto dan saya juga sedang mempersiapkan produksi Broadway kira-kira pada tahun 2018 atau 2019, jadi akan ada kesempatan besar di sana. Kita juga akan memproduksi acara di Jepang, kita akan mengadakan American Variety Bang dan juga banyak acara teater lainnya. Kami sangat ingin mereka bekerja. Di Amerika pun ini menjadi sebuah kekhawatiran bagi orang tua murid soal bagaimana mereka dapat bekerja menghidupi diri mereka sendiri melalui seni tari. Jadi kita ingin menghilangkan kekhawatiran itu.
Di Amerika sendiri, apakah sistemnya menawarkan itu semua kepada siswa akademi tari?
Sayangnya tidak. Begitu murid lulus dari akademi tersebut dia harus berdiri sendiri. Beberapa kolega saya juga ada yang memiliki karir yang kurang bagus karena mereka tidak memiliki dukungan dari akademi mau pun kegigihan untuk bertahan. Dengan akademi ini sistemnya sangat berbeda, mereka akan memiliki support, bahkan siswa yang masuk ke akademi ini mendapatkan beasiswa. Ini sangat jarang terjadi di Amerika Serikat.
Untuk beasiswa sendiri bagaimana Anda menentukan murid mana yang akan mendapatkannya?
Untuk kelas perdana yang akan dibuka pada April 2017 ini, siapa pun yang lolos audisi akan mendapatkan beasiswa penuh. Biasanya akan tergantung dari individunya. Seorang siswa tidak harus menguasai teknik tari tertentu, kami juga akan melihat apa yang siswa tersebut bisa lakukan dengan badannya, fleksibilitasnya, seberapa cepat dia bisa memahami. Ada banyak elemen yang bisa diajarkan dan pada saat kita melihatnya di dalam studio dan melatih mereka, di sanalah kita akan bisa membuat keputusan mengenai beasiswa. Tiap tahun kami juga akan mengadakan penilaian secara umum, apakah mereka bisa naik kelas atau mereka harus berada di kelas yang sama atau mereka harus berusaha lebih kelas? Jadi kami akan berdiskusi besama mereka mengenai hal-hal ini. Proses ini sangat hands-on antara hubungan siswa, akademi dan juga Yoshimoto.
Saya ingin menanyakan kembali mengenai jajaran tenaga pengajar. Selain dari Amerika Serikat apakah Anda juga akan memboyong tenaga pengajar dari Jepang?
Untuk sekarang masih belum walau ada beberapa penari Jepang yang sangat saya hormati. Tapi untuk tenaga pengajar saya memang kenal mereka secara pribadi dari American Ballet Theater, New York City Ballet, dll. Orang-orang inilah yang telah bekerja dalam perfilman, video musik dan industri hiburan Amerika sekarang. Salah satunya Debbie Allen, executive producer Grey’s Anatomy yang juga memiliki background dalam dunia seni tari. Saya cukup beruntung memiliki kesempatan untuk bisa membentuk sebuah jajaran tenaga pengajar yang masing-masing dari mereka adalah bintang dan mahir dalam mengajar. Ini merupakan hal yang sangat langka.
Apa visi Anda untuk siswa Anda?
Wow, saya sangat ingin suatu saat mereka menghubungi saya dan mengundang saya ke pertunjukan mereka di Broadway atau premiere film mereka. Ada banyak area yang bisa mereka jelajahi misal penari yang yang juga bisa menyanyi dan tergabung di dalam grup pop. Bukan berarti jika siswa tersebut bermula dari seni tari maka dia harus terus berada di bidang itu selamanya. Yang terpenting adalah kemampuan untuk membagikan bakat anda dan memiliki kebebasan untuk tidak menutup diri.
Apakah Anda juga akan bekerja dengan pihak lain untuk mengajarkan siswa Anda tarik vokal atau juga akting?
Cepat atau lambat kita akan memiliki itu semua. Kami ingin mengubah wajah industri dunia hiburan Jepang. Kita ingin Hinton Battle Dance Academy ini memiliki kaliber seperti Juilliard di Amerika Serikat. Kita ingin siswa datang ke akademi ini karena mereka tahu apa yang akan mereka dapatkan dan mereka akan bisa mendapatkan pekerjaan setelahnya, ini bukan sebuah hobi. Di masa mendatang mereka akan menjadi sutradara, koreografer, semuanya. Kita tidak membatasi mereka sama sekali.
Saya memulai karir saya sebagai penari ballet klasik di School of American Ballet yang merupakan salah satu akademi tari yang paling elit di Amerika Serikat dan sekarang saya menjadi produser, menjadi koreografer hip-hop, dll. Begitu kamu belajar bekerja dengan benar dan apa yang diperlukan untuk bertahan di dunia ini, kamu bisa mengaplikasikannya ke mana saja dan tidak terpaku hanya seni tari saja.