Terkadang, seperti The Beatles pernah bernyanyi, yang kamu butuhkan hanyalah cinta. Cerita tentang asmara bisa menyemangati kita, membuat hati kita berdebar-debar, membawa kegembiraan atau membuat kita terisak-isak. Ada banyak sekali kisah cinta yang kuat di dunia ini, dan bahkan untuk cerita yang sama sekali tidak memiliki sub-plot romantis, banyak orang selalu mengharapkan adanya percikan cinta.
Namun, kedengarannya seolah-olah beberapa orang yang meminati drama genre romance semakin berkurang. Chihiro Kameyama, yang pernah menjadi presiden Fuji Television Network dan merupakan presiden saat ini dari layanan penyiaran BS Fuji, berbagi pemikirannya tentang iklim dan alasan mengapa jauh lebih sulit untuk menjual drama romance kepada penonton saat ini daripada sebelumnya.
"Menurut saya, drama romance itu menantang di era saat ini," kata Kameyama saat ditanyai tentang kurangnya drama romantis produksi Jepang baru-baru ini. "Romansa telah dianggap sebagai sesuatu yang hanya terjadi pada orang lain."
Ia terus menjelaskan teorinya tentang hal apa yang penting saat membuat drama romance, yaitu gagasan tentang “hambatan dalam hubungan”. Hambatan seperti kelas, stabilitas ekonomi, status, dan hubungan jarak jauh, semuanya telah ditambang secara menyeluruh sehingga membuat penonton merasa bosan dengan genre tersebut. Hambatan ini juga bervariasi dari waktu ke waktu, yang mengarah ke masalah lain, seperti masalah duniawi yang membayangi kesadaran penonton Jepang saat ini, terutama setelah gempa bumi Tohoku 2011.
Kameyama juga menyatakan bahwa cara kita mengonsumsi acara TV saat ini mungkin juga menjadi faktornya. Drama TV biasanya ditayangkan selama periode tertentu dengan interval yang ditentukan, jadi penggemar didorong untuk mempertimbangkan dan mengantisipasi perkembangan plot yang akan datang. Namun, saat ini, ada lebih banyak serial yang didorong untuk "binge-watch", di mana semuanya dilakukan dalam satu sesi. Penggemar juga menggunakan Internet untuk mendiskusikan episode drama segera setelah mereka rilis, yang berdampak pada pertunjukan romansa dibandingkan secara tidak proporsional dengan genre lain.
Rintangan lain, menurut pengamatan Kameyama, adalah bahwa generasi saat ini yang berusia 20 hingga 30 tahun sangat serius tentang romansa dan enggan untuk disakiti atau menyakiti orang lain, yang menyebabkan masalah dalam penulisan dialog yang realistis. Sebelumnya, menurut Kameyama, lebih mudah lolos dengan menambahkan sedikit bumbu-bumbu, seperti memasukkan situasi berbahaya atau elemen fiksi ilmiah seperti perjalanan waktu, ke dalam sebuah cerita, selama menjaga detail yang lebih kecil agar tetap terasa nyata.
Meski begitu, sepertinya baru-baru ini tidak ada kesuksesan sama sekali untuk drama dengan genre romance. Sedikit percikan romantis dalam reality show Terrace House tampaknya lebih menarik banyak orang untuk menonton. Rahasianya tampaknya adalah menemukan twist baru yang tidak mengasingkan pemirsanya, dan justru mengingatkan mereka mengapa romansa layak untuk ditonton.