Dalam dunia per-idol-an Jepang, dikenal istilah 'shio taiou' atau 'salty treatment' yang mengacu pada perilaku seorang idola yang justru malah dianggap gagal total dalam memenuhi kriteria sebagai seorang idola yang baik. Jika seorang idol biasanya dikenal ramah dan mudah akrab dengan para penggemarnya, idol yang menampilkan 'shio taiou' biasanya malah terkesan dingin, ngomong ceplas-ceplos, dan terasa 'berjarak' saat kalian bertemu dengannya. Kata 'asin' dalam istilah ini sendiri berasal dari kata 'asin' dalam bahasa Jepang sendiri yang biasa dipakai untuk mendeskripsikan orang yang sedang marah.
Namun, apakah idol yang memasang 'shio taiou' ini lantas tak punya masa depan sebagai seorang idola? Rupanya tidak juga, karena salah satunya yang paling tenar adalah Haruka Shimazaki (Paruru) dari AKB48 yang sempat dipanggil 'ponkotsu' (sampah) oleh Yasushi Akimoto dan anggota lain idol group tersebut atas kesalahan-kesalahannya yang tak seharusnya dilakukan seorang idola profesional. Meski sebutan tersebut terbukti dilebih-lebihkan, label ini terus melekat padanya. Hingga, saat Documentary of AKB48 No Flower Without Rain diputar di bioskop-bioskop Jepang 2 tahun lalu, mereka menawarkan popcorn spesial dengan boks bergambar Paruru dengan label rasa 'shio-taiou'. Tapi, nyatanya Shimazaki sukses menjadi salah satu member yang paling populer dalam grupnya.
Mengapa? Perkara ini juga sempat dibahas dan kentara jelas dalam handshake events (akushukai), yang adalah kesempatan fans berinteraksi dengan para idola mereka. Kemampuan untuk menjaring fans ini sengatlah penting bagi seorang idol, dan mereka yang bisa membuat fans merasa diterima dan membuat mereka kembali lagi dan lagi disebut memiliki 'kami taiou', dan para idola yang memiliki kemampuan ini disebut 'tsurishi' (nelayan dalam bahasa Jepang, mengacu kepada kemampuan mereka menjaring hati para fans-nya).
Salah satu tsurishi yang terkenal adalah Akari Suda, member SKE48 yang disebut-sebut bisa membuat orang langsung menyukainya hanya dengan bertemu sekali saja. Suda memastikan untuk mempertahankan kontak mata dengan para fans, menjabat tangan dengan erat, dan membiasakan diri memperhatikan detail-detail kecil dari fans yang datang.
Sebaliknya, member yang terkenal dengan 'shio taiou' seperti Paruru umumnya akan menjabat tangan dengan asal-asalan dan tidak berusaha sama sekali dalam percakapan dan cenderung menjawab seperlunya saja dengan ekspresi datar. Mudah untuk memahami mengapa fans menyukai Suda, tapi mengapa fans idol dengan 'shio taiou' masih mau terus-terusan kembali? Mungkinkah karena mereka suka 'menyiksa diri sendiri' ataukah justru penasaran untuk 'menembus pertahanan' sang idola dan berusaha untuk diingat? Yang pasti, bagaimana pula tanggapan kalian seputar pernyataan Shimazaki yang berujar bahwa ia tak mampu terus mempertahankan 'shio taiou'-nya pada AKB48 Senbatsu Sousenkyo 2015 lalu?