Jepang terkenal dengan banyak festival uniknya, dan Paantu Matsuri adalah salah satu dari banyak festival yang dirayakan di Kepulauan Miyako di Prefektur Okinawa. Paantu Matsuri yang dulunya merupakan festival besar yang dirayakan di seluruh pulau Okinawa, sekarang hanya terbatas di Miyakojima dan beberapa pulau lain di ujung barat daya. Festival menyeramkan ini dilakukan untuk membawa keberuntungan bagi anak-anak dengan mengusir roh jahat dengan cara menakut-nakuti mereka dengan topeng dan mengolesi lumpur di wajah mereka.
Paantu
“Paantu” adalah istilah Jepang untuk roh jahat yang terlihat menakutkan dengan berlumuran lumpur dan dedaunan. Sudah menjadi tradisi lama di Okinawa untuk menakut-nakuti anak kecil dengan memberi tahu mereka bahwa Paantu akan datang dan membawa mereka pergi jika mereka berperilaku buruk.
Paantu Matsuri biasanya dirayakan pada minggu pertama bulan Oktober selama dua hari, namun kamu harus mengikuti kalender China untuk mengetahui tanggal yang akurat. Kamu dapat menghubungi Kantor Kota Miyakojima untuk informasi lebih lanjut, atau mengunjungi Museum Kota Miyakojima di mana terdapat beberapa pameran Paantu, dan pemandu akan dengan senang hati memberi tahu kamu tanggal pastinya.
Selama festival, para pria menutupi wajah mereka dengan topeng stoic wajah panjang dan mencelupkan diri ke dalam lumpur suci sebelum berjalan di jalanan, dan mengoleskan lebih banyak lumpur di atas kendaraan, bangunan, dan orang-orang. Mereka bahkan tidak pandang kendaraan polisi, gedung yang baru dibangun, warga yang lebih tua, atau orang yang menarik. Mereka juga memakai pakaian dedaunan kotor dan membawa tongkat agar terlihat lebih menakutkan.
Pendeta Noro
Tidak hanya pria yang berpartisipasi aktif dalam festival ini, tetapi juga wanita. Beberapa wanita dipilih menjadi pendeta Noro dan ditugaskan melindungi pulau dari kejahatan. Faktanya, Kepulauan Miyako adalah salah satu dari sedikit tempat di dunia di mana masyarakat matriarkal dapat dilihat secara umum, di mana wanita memimpin ritual sebagai pendeta atau mengelola desa dan hutan sebagai penjaga.
Selama Paantu Matsuri, para pendeta wanita ini berdandan dengan daun aren, membawa tongkat aromatik, dan berteriak "Hoi, hoi, hoi!". Mereka melakukan pawai bersama dengan pria atau anak laki-laki yang berpakaian seperti Paantu dan melakukan ritual untuk membawa keberuntungan bagi desa mereka.
Tradisi yang Meredup?
Agama Animisme telah ada sejak lama di Jepang sebelum munculnya agama-agama modern. Saat ini, kamu hanya dapat menemukan praktik animisme di tempat-tempat terpencil seperti Kepulauan Miyako yang telah terputus dari belahan dunia lainnya selama berabad-abad karena butuh waktu lama untuk mencapai pulau-pulau kecil ini.
Banyak penduduk lokal di Kepulauan Miyako mengeluh bahwa Paantu Matsuri perlahan-lahan meredup karena semakin banyak pria yang enggan berpartisipasi. Sekarang, mereka harus bergantung pada anak-anak berusia 12 tahun dan membuat mereka berpakaian seperti Paantu.
Bahkan jumlah pendeta wanita di desa-desa menurun karena kehidupan semakin sibuk, dan semakin banyak orang yang menutup mata terhadap tradisi semacam ini. Beberapa desa di Pulau Ishigaki juga mengadakan Paantu Matsuri, tetapi tidak mengizinkan orang luar untuk berkunjung. Populasi yang semakin menua dan jumlah anak muda yang sedikit di pulau-pulau ini juga menjadi alasan besar untuk tidak mengadakan festival menyeramkan ini.
Ingin coba mengunjungi Miyakojima dan menyaksikan salah satu festival 'paling menakutkan' yang ditawarkan Jepang? Biasa atau tidak, festival menyeramkan ini tampaknya menyoroti tradisi dan budaya kuno Jepang.