Beberapa sumber air panas Jepang beroperasi dengan kebijakan konyoku, di mana onsen wanita dan pria berbagi bak yang sama, namun sebagian onsen di Jepang terpisah berdasarkan jenis kelamin. Namun, pengecualian biasanya dibuat untuk anak kecil. Logikanya cukup mudah dimengerti. Kadang-kadang, seorang anak mungkin berada di hotsen / hot spring atau sento / pemandian umum hanya dengan salah satu orang tuamya, dan jika ada seorang ibu yang datang bersama anaknya, tidak masuk akal untuk menyuruhnya ke tempat mandi pria sendirian jika dia berusia di bawah umur tertentu. Seperti layaknya di Indonesia ketika anak laki-laki menggunakan toilet wanita bersama ibunya.
Tapi pertanyaannya adalah, berapa umur maksimal untuk anak laki-laki masuk kedalam area khusus wanita?
Pendapat pribadi tentang masalah ini sering kali masuk ke dalam faktor-faktor seperti apakah anak laki-laki itu cukup tua untuk merasa senang melihat wanita telanjang , atau untuk membentuk kenangan konkret dari apa yang dilihatnya. Namun, ternyata tidak ada ketentuan yang pasti di bawah hukum Jepang tentang kapan orang tua tidak lagi diizinkan membawa anak-anak ke area khusus berdasarkan gender. Namun, menurut pendapat banyak orang, begitu seorang anak memulai tahun pertama sekolah dasar (pada usia enam tahun di Jepang), saat itulah mereka mulai menggunakan bak mandi sesuai jenis kelamin mereka.
Namun, penulis buku pengembangan anak Mitsuko Tateishi menunjukkan bahwa pedoman yang didefinisikan secara longgar ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan ketidaknyamanan. Anak-anak yang sangat tinggi atau berbadan besar untuk usia mereka, mungkin dianggap lebih tua dari mereka sebenarnya, dan menyebabkan pengguna pemandian lain merasa terganggu dengan kehadiran seorang anak laki-laki di bak mandi wanita yang sebenarnya belum cukup umur untuk mandi sendiri. Isu potensial lainnya yang dihadapi Tateishi adalah anak-anak yang lebih tua dengan autisme atau masalah kesehatan mental lainnya yang membutuhkan bantuan ibu mereka ketika mandi.
Namun, Tateishi memang menyadari bahwa anak-anak yang berbeda berkembang secara berbeda, dan tidak semua anak siap mandi sendiri bahkan setelah mulai sekolah dasar. Dalam kasus tersebut, dia merekomendasikan untuk memilih sumber air panas yang memiliki kamar mandi pribadi yang dapat disewa untuk keperluan keluarga, sementara juga mengungkapkan harapannya bahwa fasilitas mandi bersama membawa kembali kebiasaan dari masa lalu feodal Jepang.
Melalui periode Edo, Tateishi menjelaskan, pemandian umum akan mempekerjakan petugas yang dikenal sebagai "sansuke." Dengan bayaran, sansuke akan memberikan bantuan seperti mencuci punggung pelanggan. Tateishi mengatakan bahwa mereka memiliki peran "pengasuh pada saat mandi", sehingga memudahkan anak laki-laki yang sudah terlalu tua untuk mandi di area khusus wanita beralih menggunakan bak mandi pria.
Namun, beberapa masalah muncul dalam pikiran. Selain adanya biaya tambahan, ada juga pertanyaan apakah ibunya tersebut tidak nyaman ketika mengirim anaknya ke tempat mandi pria sendirian. Topik ini masih terus diperdebatkan di Jepang, karena banyaknya single mother yang membawa anak dan sangat mencintai onsen.
(featured image : Dogo Ehime)