Jika Indonesia punya lebaran sebagai momen di mana masyarakatnya melakukan mudik atau pulang kampung, Obon di Jepang menjadi momen yang dimanfaatkan orang Jepang kembali ke kampung halaman mereka masing-masing. Perbedaannya, orang Jepang melakukannya selain untuk mengunjungi keluarga, juga untuk memberi penghormatan kepada leluhur yang telah meninggal. Momen ini berlangsung selama tiga hari, dan pasangan yang sudah menikah sering berkumpul kembali dengan orang tua mereka dan juga dengan kerabat.
Namun ternyata, tidak semua orang bersemangat tentang tradisi berkumpul keluarga tahunan ini. Dalam momen Obon tahun ini, perusahaan ponsel Docomo mengambil kesempatan untuk meminta 6.766 orang (baik pria maupun wanita) tentang mengapa mereka enggan kembali ke rumah keluarga mertua mereka.
Menurut survei, alasan nomor satu untuk pria dan wanita adalah bahwa mereka tidak merasa nyaman selama pertemuan keluarga berlangsung. Tentu saja bagi sebagian orang, berkunjung ke rumah mertua bukanlah hal yang menyenangkan karena terkadang masih canggung.
17 persen responden berhubungan baik dengan keluarga besar mereka, karena mereka tidak memiliki masalah mengunjungi kampung halaman pasangannya. Berikutnya urusan mertua, bagi beberapa orang memperlakukan mertua seperti orang tua sungguhan sendiri dapat menjadi sesuatu yang sulit. Kebanyakan pasangan memiliki kelemahan untuk bergaul dengan baik bersama mertua mereka.
Sangat menarik bagaimana survei Docomo menyoroti persepsi orang Jepang tentang pertemuan keluarga. Survei iniyang menunjukkan bahwa acara semacam itu dapat menyesakkan bagi sebagian orang. Namun sepertinya hal ini bukan hanya terjadi di kehidupan pasangan Jepang saja. Beberapa pasangan di berbagai penjuru dunia pasti pernah merasa canggung ketika harus berkumpul dengan keluarga mertua mereka.
(featured image: Medium)