Kisah Romeo dan Juliet tidak hanya terjadi di benua Eropa. Lebih dari 11 tahun yang lalu ada pula kisah cinta yang sangat menginspirasi yaitu tentang Putri Sayako. Kisah cinta dari Jepang ini mengenai seorang putri kaisar yang rela meninggalkan istana dan jabatannya demi bisa menikah dengan seorang pria biasa yang sangat ia cintai.
Wanita yang pada saat itu berusia 34 tahun tersebut adalah satu-satunya putri kaisar ke-125 Jepang, Akihito. Dia menikahi pria yang bukan dari kalangan keluarga kerajaan pada tanggal 15 November 2005. Dalam sebuah upacara pernikahan di sebuah hotel di Tokyo tersebut ia juga meninggalkan statusnya sebagai anggota keluarga kekaisaran.
Sayako mengenakan gaun sutera berwarna putih dengan kalung mutiara, diikuti beberapa langkah di belakangnya oleh mempelai pria berusia 40 tahun, Yoshiki Kuroda, seorang perancang kota yang bekerja untuk pemerintah metropolitan Tokyo, teman lama Pangeran Akishino, kakak dari Sayako.
Mereka disambut oleh seorang pendeta Shinto dan sekitar 30 kerabat, termasuk kaisar dan permaisuri dalam resepsi pertukaran cincin. Menikah dengan Kuroda, berarti Sayako kehilangan gelarnya, menukarkan kemegahan Istana Kekaisaran hanya untuk apartemen biasa di kota Tokyo.
Dia mungkin putri terakhir yang meninggalkan keluarga kerajaan jika pemerintah memberlakukan perubahan hukum untuk memberikan wanita hak yang sama dengan laki-laki untuk mewarisi takhta dan untuk mempertahankan gelar.
Setelah upacara perpisahan itu, putri yang hobi memiliki birdwatching dan tari tradisional Jepang ini menulis perasaan sedihnya karena harus meningalkan istana. Bahkan kakaknya iparnya, putri Masako yang berusia 41 tahun sempat mengalami kesedihan yang berkepanjangan, ia harus beristirahat lebih dari satu tahun sebelum akhirnya muncul kembali ke muka publik.
Tapi sang pria mengatakan ia bertekad untuk membantunya menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. Setelah menikah, mereka tinggal di sebuah apartemen sewaan tidak jauh dari istana sebelum pindah ke kondominium baru yang selesai satu tahun kemudian.
Kini saat statusnya menjadi warga biasa, ke manapun Sayako pergi ia tidak lagi dikawal oleh pasukan kekaisaran. Meski begitu hubungan keduanya dengan keluarga kekaisaran tetaplah baik, bahkan beberapa kali Sayako terlihat membawa mobil sendiri untuk menghadiri acara di Istana.