Peristiwa perkelahian antar Warga Negara Indonesia (WNI) di Kota Isesaki, Prefektur Gunma, yang menyebabkan satu orang tewas dan beberapa lainnya terluka pada bulan November lalu, mengungkapkan sisi gelap dari dunia tenaga kerja migran asal Indonesia di Jepang. Lalu apa sebenarnya motif dari pelaku?
Perkelahian WNI Libatkan Senjata Tajam
Rekaman kamera keamanan menangkap kekacauan yang terjadi pada pukul 1 pagi di lingkungan perumahan. Suasana tenang tiba-tiba diguncang oleh suara jeritan dan benturan logam. Sekelompok WNI berjumlah 4 orang menyerang apartemen dan mengepung seorang pria.
Situasi semakin memanas ketika sekelompok WNI lainnya keluar dari apartemen sambil membawa senjata dan menimbulkan bentrok. Setidaknya ada sekitar 20 orang, beberapa di antaranya bersenjatakan pisau, arit dan senjata mematikan lainnya.
Saat polisi tiba di tempat kejadian, beberapa orang ditemukan terluka di jalan. Salah satu dari mereka, Abdulrohman yang berusia 37 tahun, ditemukan tidak bernyawa dengan beberapa luka tusuk.
Pada tanggal 14 Januari, Kepolisian Prefektur Gunma berhasil menangkap Luis Figo Richard Roger Matandatu serta lima pria lainnya berkewarganegaraan Indonesia, karena dicurigai melakukan perampokan dan pembunuhan.
Calo Tenaga Kerja Penyebab Maut
Lalu apa yang menyebabkan pertikaian berdarah antar WNI ini terjadi? Seorang pria yang telah lama berkenalan dengan salah satu pelaku memberikan kesaksian. “Masing-masing dari kedua kelompok tersebut memiliki ‘makelar’ yang mendapatkan biaya dengan mengatur pekerjaan untuk rekan-rekan senegaranya," ungkapnya.
Para calo tersebut terlibat dalam perselisihan keuangan, di mana makelar 'A' yang merupakan bagian dari kelompok penyerang berulang kali menagih uang kepada makelar 'B', yang merupakan bagian dari kelompok yang diserang. Tetapi B dengan keras kepala menolak untuk membayar.
Sehingga A memutuskan untuk menggunakan kekerasan, mengumpulkan banyak rekan untuk masuk ke apartemen B. B di saat yang bersamaan juga telah memanggil kelompoknya sendiri dan menunggu mereka.
Sisi Gelap Dunia Tenaga Kerja Migran
Narasumber juga memberikan keterangan bahwa perkelahian antar calo umum terjadi. “Di daerah ini, ada banyak penduduk Indonesia, yang berarti komunitasnya besar-dan dengan itu ada kemungkinan konflik yang lebih tinggi. Sebagian besar konflik yang terjadi adalah tentang wanita atau uang. Bukan hal yang aneh jika seorang calo mengambil semua gaji seseorang, lalu calo lain turun tangan untuk membantu mendapatkannya kembali, yang berujung pada perkelahian seperti ini.”
Kota Isesaki dihuni oleh sekitar 16.000 penduduk asing, jumlah terbanyak di Prefektur Gunma. Menurut data Badan Layanan Imigrasi Jepang di tahun 2024, Gunma menempati urutan ketiga sebagai kota terburuk di negara itu untuk pekerjaan ilegal, dengan 1.799 pekerja tidak berdokumen.
“Sebagian besar tenaga kerja asal Indonesia yang tinggal melebihi masa berlaku visa mereka mencari pekerjaan melalui calo atau koneksi pribadi,” sebutnya. “Karena mereka tidak tahu kapan mereka akan dideportasi karena pelanggaran imigrasi, mereka berusaha mendapatkan uang sebanyak mungkin dan mengirimkan uang ke rumah selagi masih bisa. Ini adalah gaya hidup pekerja migran pada umumnya.”
Ia menambahkan, “Kecuali pihak berwenang menindak lebih tegas terhadap tenaga kerja ilegal, insiden yang melibatkan calo seperti ini kemungkinan besar akan terus berlanjut.”