Berita Jepang | Japanesestation.com

Chikako Nakamoto, nenek berusia 90 tahun yang merupakan seorang penduduk di Distrik Naka, Kota Hiroshima. Ia telah menyajikan makanan buatannya sendiri secara gratis kepada anak-anak yang kekurangan makanan dan tempat tinggal selama lebih dari 40 tahun.

Alasan ia melakukan hal tersebut sangat menyentuh hati. Penasaran bagaimama kisahnya? simak artikel ini untuk mengetahui Kisah Inspiratif Chikako Nakamoto.

Awal Mula Kisah Chikako Nakamoto

Nakamoto atau Bacchan, yang berarti "nenek" dalam bahasa Jepang, telah memuaskan perut anak-anak yang lapar dan hati lebih dari 300 anak. Kisahnya berawal dari saat dia menjadi anggota PTA di sekolah anaknya. Ketika ia menjemput seorang siswa yang membuat masalah dan ditahan polisi atas nama orang tua mereka, ia diminta untuk mempertimbangkan menjadi petugas percobaan sukarela untuk anak-anak tersebut.

Pada tahun 1980, tak lama setelah ia menjadi petugas, Nakamoto bertemu dengan seorang anak laki-laki kelas dua SMP yang sedang mengendus-endus pengencer cat. Menyadari bahwa anak itu melakukannya untuk mencegah rasa lapar, ia mulai menyajikan makanan di rumah, dan anak itu berhenti menyalahgunakan tiner dan mulai kembali ke sekolah.

1. Ingin Mencegah Tindakan Kriminal Anak-anak

"Mereka tidak akan melakukan hal-hal buruk dengan perut yang kenyang," kata sang nenek.

Dilansir melalui Mainichi Shimbun,  banyak dari anak-anak tersebut menghadapi kesulitan di rumah dan tidak memiliki keterampilan hidup dasar seperti cara memegang sumpit dengan benar. Namun, ketika dia menyediakan makanan untuk mereka, para siswa berhenti membuat masalah.

"Kelaparan, kesepian, dan lingkungan yang buruk. Ketiga (masalah) ini menyebabkan kenakalan. Kita harus menghentikan lingkaran setan ini di suatu tempat," pikir Nakamoto. 

2. Menciptakan Tempat bagi Anak-anak untuk Bersantai

Tanpa mengorek masalah keluarga mereka, Nakamoto tetap menyediakan makanan untuk anak-anak. Perlahan-lahan, mereka mulai membuka diri tentang masalah mereka. Rumah Nakamoto berubah dari "ruang makan" menjadi tempat di mana anak-anak dapat bersantai dan merasa aman.

3. Mendapat Dukungan Masyarakat

Meskipun Nakamoto membayar sendiri bahan-bahan makanannya selama 10 tahun pertama, lingkaran dukungan secara bertahap meluas. Banyak orang mulai menjadi sukarelawan, dan mereka mengumpulkan sumbangan.

Nakamoto juga mulai bekerja pada bentuk-bentuk dukungan baru, seperti mengoperasikan panti asuhan untuk membantu anak-anak muda yang bermasalah untuk mempersiapkan diri agar dapat hidup sendiri sehingga mereka dapat berintegrasi kembali ke masyarakat, dan mengorganisir sesi belajar yang dipimpin oleh sukarelawan mahasiswa.

4. Tetap Bersedekah Meski dalam Situasi Pandemi

Karena pandemi virus corona, alih-alih berkumpul di meja makan, ia sering mengirim anak-anak ke rumah dengan bekal makan siang. "Selamat datang kembali," dan "sampai jumpa besok," katanya, sambil menyerahkan makanan kotak kepada anak-anak di depan pintu dengan tatapan hangat. Nakamoto juga mengatakan kepada Mainichi Shimbun bahwa dirinya berniat untuk melanjutkan kegiatan ini sampai akhir hidupnya. "Agar anak-anak tidak kehilangan tempat untuk bernaung," ucapnya