Praktik unik ohaguro adalah proses pewarnaan yang sangat tradisional di Jepang dimana gigi diwarnai menjadi hitam. Tentu saja, praktik ini hampir tidak dipraktikan pada saat ini, dimana semua orang Jepang dan di seluruh dunia menginginkan gigi putih berkilau yang memukau. Tapi dalam sejarah, gigi yang diwarnai dengan warna hitam telah menjadi simbol status di Jepang. Seiring dengan Jepang, kebiasaan ini juga merupakan praktik umum di beberapa negara lain termasuk Filipina, Laos, Vietnam, Thailand, India, dan China.
Di Jepang, menghitamkan gigi dimulai sejak awal periode Kofun. Dalam temuan tulang dan tanah liat yang digali dari peninggalan zaman tersebut, ditemukan jejak gigi yang menghitam pada tengkoraknya yang mengisyaratkan tradisi panjang mengenai kebiasaan ini. Sepanjang sejarah, ohaguro telah disebutkan diberbagai sumber. Entah di Genji Monogatari yang terkenal, atau dalam berbagai dongeng dan cerita rakyat, dimana seni menghitamkan gigi memegang peranan budaya yang menonjol dalam sejarah Jepang untuk waktu yang lama.
Salah satu alasan utama budaya ohaguro adalah sebuah kenyataan selama ratusan tahun bahwa benda-benda hitam pekat dianggap sangat cantik sehingga wajar bila orang-orang zaman dahulu ingin lebih dekat dengan apa yang mereka anggap cantik. Dengan menggunakan larutan yang disebut kanemizu yang terbuat dari besi asetat dari serbuk besi yang dicampur dengan cuka dan tanin dari sayuran atau teh, kebiasaan ini pertama kali digunakan untuk merayakan usia seseorang. Anak perempuan dan anak laki-laki yang berusia sekitar 15 tahun, mewarnai gigi mereka pertama kalinya untuk menunjukkan bahwa mereka telah menjadi dewasa. Sekitar Akhir Periode Heian (794 sampai 1185), ohaguro juga dilakukan oleh bangsawan tanpa memandang jenis kelamin setiap harinya.
Selama periode Edo Jepang (1603 sampai 1868), ohaguro dipraktikan oleh wanita kaya yang telah menikah. Beberapa perwakilan praktik gigi hitam yang paling menonjol adalah di kalangan geisha. Bahkan apabila sekarang kalian berjalan-jalan di Kyoto, tidak aneh apabila kita bertemu maiko dengan gigi hitam pekat.
Pada akhir periode Edo dan awal era Meiji, Jepang banyak dikunjungi oleh orang asing Barat setelah hampir 200 tahun mengucilkan diri. Karena terbiasa dengan standar kecantikan Barat, banyak pengunjung yang terkejut ketika melihat wanita Jepang bergigi hitam di sepanjang jalan. Beberapa orang berpikir bahwa orang-orang Jepang memiliki masalah kebersihan mulut yang sangat buruk dan salah mengira bahwa mereka mengalami pembusukan gigi. Namun, setelah menyadari bahwa penghitaman gigi tersebut dilakukan dengan sengaja, para turis asing pun bertanya-tanya mengapa wanita Jepang "merusak" diri mereka dengan budaya ohaguro.
Sebuah teori, yang berasal dari saat pertukaran budaya pertama, mengklaim bahwa ohaguro dilakukan untuk mencegah wanita tersebut menipu suaminya, dan gigi hitam memang digunakan untuk membuatnya kurang menarik. Ilmuwan sosial Jepang modern mengabaikan teori ini, mereka menyatakan bahwa gadis dan wanita Jepang menikmati banyak kebebasan dalam kehidupan mereka dan menekankan tradisi asli ohaguro untuk menunjukkan kematangan seseorang.
Namun, budaya ohaguro dilarang oleh pemerintah Meiji pada tahun 1870 dan seni mewarnai gigi seseorang kini telah hampir terlupakan. Namun, kita masih bisa melihat beberapa orang yang masih mempraktikan budaya ini. Seperti Geisha yang berada di Kyoto. Sepertinya mereka belum melupakan standar kecantikan kuno gigi hitam ini.
(featured image : Pop Japan)