Bertemu dengan maid di kafe itu sudah biasa. Tapi bagaimana jika kamu bertemu dengan maid di sebuah kuil Buddha di Jepang?
Sebuah kuil Jepang yang berusia 4.300 tahun telah mempekerjakan sekelompok pelayan (maid) yang mengenakan pakaian bergaya Buddha untuk menarik pengunjung.
Ryuho Ikeguchi, merupakan kepala biara ke-24 Kuil Ryuganji di Kyoto, Jepang bagian timur, memprakarsai perubahan tersebut sebagai tanggapan atas berkurangnya jumlah pengunjung tradisional.
Strateginya dimulai dengan merangkul media sosial untuk berinteraksi dengan generasi muda.
Kuil ini membuat akun resmi di YouTube dan X yang berisi konten-konten unik seperti "pakaian biksu hari ini” dan challenge makan mie pedas.
Menyebarkan Buddhisme melalui Budaya Pop
Ikeguchi juga meluncurkan grup pop wanita Buddhis pertama di dunia, bernamav Tera*Palms, yang bertujuan untuk mempromosikan budaya Buddhis melalui musik.
Grup ini terdiri dari lima anggota yang mewakili bodhisattva yang berbeda: Mahasthamaprapta, Manjushri, Guanyin, Samantabhadra, dan Maitreya. Mereka mengenakan pakaian yang dirancang khusus yang menggabungkan elemen-elemen Buddhis.
Bodhisattva adalah makhluk tercerahkan yang telah menunda memasuki surga untuk membantu orang lain mencapai pencerahan.
Pada tahun 2018, Ikeguchi merangkul teknologi modern dengan memperkenalkan “drone Buddha” yang membawa patung Buddha yang disinari lampu LED dan melakukan pertunjukan di udara. Drone tersebut dengan cepat menjadi viral dan menjadi fitur di Kuil Ryuganji.
Diskusi Bersama Para Maid
Di antara semua inovasi yang ada, para maid, yang terinspirasi dari maid cafe yang populer di Jepang, banyak mendapat sorotan.
Dengan mengenakan pakaian ala biksu Buddha, para maid mengajak pengunjung berdiskusi tentang agama sambil minum teh.
Sebelum bergabung menjadi pelayan, Kuutan, salah satu maid di Kuil Ryuganji mengatakan dirinya tersentuh ketika pertama kali mendengar khotbah di Kuil Ryuganji. Dirinya mengatakan, "Saya sangat tersentuh. Saya mengetahui bahwa pandangan dunia, seperti Jalan Mulia Berunsur Delapan (delapan kebajikan praktis untuk mencapai nirwana) dan Empat Kebenaran Mulia (empat kebenaran yang diajarkan oleh Buddha).
Sejak tahun 2016, Kuutan dan kepala pendeta Ikeguchi telah menyelenggarakan acara bincang-bincang bergaya kafe yang disebut Meido Kissa Pure Land, yang bertemakan dialog antar agama.
Kuutan tidak hanya melayani dan menghibur sebagai pelayan, tetapi juga bekerja penuh waktu, merencanakan tema, mendesain brosur, dan memfasilitasi seluruh acara. Pada tahun 2021, dengan kerja sama dari toko jubah, sebuah kostum orisinal diciptakan yang memadukan jubah biksu dengan pakaian maid. Hal ini semakin memantapkan karakternya sebagai “pelayan eksklusif Ryūganji. “
Ide ini mendapat kritikan dari masyarakat Jepang, dengan beberapa orang berpendapat bahwa para pelayan tersebut dapat mengalihkan perhatian pengunjung, sementara yang lain percaya bahwa kehadiran mereka meremehkan sifat sakral agama Buddha.
Menanggapi hal ini, Ikeguchi berpendapat "Saya selalu merasa bahwa cara kita menyampaikan ajaran Buddha perlu diubah di zaman sekarang ini. Jika para biksu, budaya altar dan peralatan Buddha, tidak berubah, ajaran Buddha tidak akan bisa masuk ke dalam gaya hidup modern."
Sumber: South China Morning Post dan Yahoo! Japan News.