Sekitar 200 bayi berpartisipasi dalam festival Nakizumo atau sumo menangis yang diadakan di Kuil Choko-ji, Numazu, Prefektur Shizuoka pada tanggal 2 Juni lalu.
Acara tahun ini merupakan yang ke-29 kalinya diadakan di kuil tersebut, di mana orang-orang mendoakan bayi mereka untuk tumbuh sehat dan kuat.
Di Jepang terdapat sebuah istilah yang berbunyi naku ko wa sodatsu, yang diterjemahkan menjadi “bayi yang menangis akan tumbuh.” Artinya, bayi yang menangis diharapkan akan tumbuh dengan kuat dan sehat. Festival ini juga diyakini oleh warga Jepang berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat.
Setiap tahun, para orang tua yang memiliki anak berusia satu tahun dengan penuh semangat akan pergi ke berbagai lokasi di Jepang untuk menghadiri festival ini.
Bayi-bayi yang bertanding digendong oleh seorang sumo ke dalam dohyo, di mana mereka akan berhadapan dengan wasit sumo yang akan membuat mereka menangis, sementara para pegulat akan menggendong bayi-bayi tersebut dengan lembut untuk memancing air mata.
Dua “pegulat” cilik berhadapan dalam setiap pertandingan, dengan yang pertama menangis akan menjadi pemenangnya. Anak-anak berusia 6 bulan hingga 18 bulan, mengenakan pakaian bayi dan ikat kepala hachimaki, bertanding dalam pelukan pegulat sumo seperti Shoketsu dan Kaorufuji, keduanya adalah pesaing divisi sandanme tingkat keempat dari prefektur tersebut.
Ada banyak pertandingan di mana bayi-bayi itu tidak menangis sama sekali, seperti seorang anak perempuan dengan wajah lurus dan seorang anak laki-laki yang tidak bangun bahkan setelah ditepuk pipinya. Wasit pun dibuat repot, tetapi tawa penonton yang menyaksikan gerak-gerik si kecil tidak henti-hentinya terdengar.
Katsuya Serizawa dari Kashiwa, Prefektur Chiba, sang ayah dari salah satu bayi membiarkan putranya yang berusia 6 bulan bertanding dalam laga tersebut. Serizawa sendiri pernah berpartisipasi dalam ajang ini pada tahun 1993 dan tertidur selama pertandingan hingga akhirnya dinyatakan kalah. Meski begitu. Serizawa mengatakan kepada Mainichi Shimbun, “Saya ingin dia bangun dan menang. Saya berharap ajang ini terus berlanjut dan suatu hari nanti cucu saya bisa ikut bertanding."
Acara ini sempat dibatalkan dari tahun 2020 hingga 2022 karena pandemi virus corona, dan pada tahun 2023 jumlah pesertanya dikurangi setengahnya. Oleh karena itu, acara ini adalah pertama kalinya dalam lima tahun diselenggarakan secara normal.
Sohaku Matsushita, kepala biksu di kuil tersebut berkata, “Setelah mengalami pandemi, saya menjadi bersyukur karena bayi-bayi itu lahir dan ingin berterima kasih kepada mereka.”