Amazake, minuman beras manis tradisional Jepang, telah dinikmati selama berabad-abad sebagai minuman yang menenangkan, terutama selama bulan-bulan yang lebih dingin. Minuman ini juga merupakan hidangan penutup yang dikenal karena rasanya yang manis, ringan dan teksturnya yang lembut.
Namun tahukah kamu bahwa Amazake memiliki sejarah panjang sebelum bahkan sebelum Periode Edo? Dalam artikel ini, kami akan menelusuri perjalanan Amazake yang menarik, mulai dari asal-usulnya yang sederhana hingga menjadi bagian dalam budaya kuliner Jepang modern.
Sejarah Amazake
Sejarah Amazake dimulai di Jepang pada zaman Nara (710-794 Masehi), lebih dari satu milenium yang lalu. Menurut legenda, Gyoki, seorang biksu Jepang yang terkenal, menciptakan minuman ini untuk menyembuhkan orang sakit di desanya. Dia menggabungkan air, beras kukus, dan sedikit ampas sake, lalu membiarkannya berfermentasi selama beberapa hari. Minuman yang dihasilkan dengan cepat mendapatkan popularitas di kalangan orang Jepang dan rasanya manis, lembut, dan bergizi.
Para pejuang Jepang juga menyukai Amazake karena mereka merasa amazake memberi mereka energi dan kekuatan saat berperang. Sebelum perang, mereka meminumnya dicampur dengan sup miso. Kalangan rakyat biasa mulai meminumnya selama periode Edo (1603-1868). Di Jepang, amazake dapat diakses secara luas dan sering digunakan sebagai pemanis dan minuman non-alkohol.
Manfaat dan Kegunaan Amazake
Amazake bukan hanya makanan yang lezat tetapi juga kaya akan manfaat kesehatan, menjadikannya pilihan populer di kalangan individu yang sadar akan kesehatan. Kaya akan vitamin B untuk mencegah kulit dari pengeringan, dan glukosa dan asam amino yang akan menyembuhkan tubuh lelahmu.
Amazake dapat digunakan sebagai saus salad, smoothie, pemanis alami, makanan penutup, atau camilan. Penginapan, kedai teh, dan festival-festival masih menyajikan minuman amazake tradisional yang populer di kalangan pedagang kaki lima. Minuman ini dibuat dengan mencampurkan amazake dan air, memanaskannya hingga mendidih, lalu menambahkan sejumput jahe parut. Pada Tahun Baru, banyak kuil Buddha dan kuil Shinto yang menawarkan atau menjualnya.
Teknik Pembuatan Amazake
Produksi amazake berakar kuat pada teknik fermentasi tradisional, yang berkontribusi pada rasa dan profil nutrisinya yang unik. Ada dua metode utama untuk membuat amazake: satu menggunakan ampas sake (sake kasu), produk sampingan dari produksi sake, sementara yang lain mengandalkan jamur koji beras untuk memfermentasi beras kukus.
Metode koji sangat dihargai karena menciptakan versi amazake yang manis alami dan tidak beralkohol yang bahkan dapat dinikmati oleh anak-anak. Kedua metode ini melibatkan pengendalian proses fermentasi secara hati-hati untuk memecah pati dalam beras menjadi gula sederhana, sehingga menghasilkan tekstur lembut khas amazake dan rasa manis alami.
Saat ini, adaptasi modern dari teknik-teknik ini memungkinkan berbagai macam produk amazake, mulai dari bubuk instan hingga botol siap minum, membuatnya lebih mudah dari sebelumnya untuk menikmati minuman menyehatkan ini.
Itulah dia informasi tentang Amazake, minuman beras tradisional Jepang yang kaya akan sejarah dan manfaat bagi kesehata. Tertarik untuk mencobanya? Nantikan terus artikel-artikel dari kami tentang kuliner di Jepang, hanya di Japanese Station.