Mulai tanggal 15 Desember lalu, kanal streaming Netflix telah merilis drama live-action terbarunya, ERASED, yang diadaptasi dari manga populer Boku Dake ga Inai Machi, karya Kei Sanbe. Sebelumnya, versi manga ERASED telah diadaptasi juga menjadi anime sebanyak 12 episode yang tayang pada tahun 2016, dan sebuah film live-action yang dibintangi oleh Tatsuya Fujiwara dan Kasumi Arimura.
Versi film live-action ERASED sendiri cukup populer di kalangan penggemar dan boleh dibilang cukup mampu merangkum kisah tersebut dalam 120 menit, namun tidak sedikit pula suara yang menyatakan kecewa terhadap film tersebut, dikarenakan kisah ending-nya yang dibuat berbeda dibandingkan versi manga-nya. Pada poin inilah, drama live-action ERASED yang berjumlah 12 episode dengan durasi masing-masing sekitar setengah jam, menjadi "penebus dosa” versi layar lebarnya. Drama live-action ini, meski mengalami beberapa penyesuaian di sana-sini, cukup setia mengikuti jalan cerita yang digambarkan dalam manga-nya.
ERASED, atau Boku Dake no Inai Machi mengisahkan tentang Satoru Fujinuma (diperankan oleh Yuki Furukawa di versi drama Netflix, diperankan oleh Tatsuya Fujiwara di versi film layar lebarnya) yang bisa mengalami revival, sebuah fenomena di mana ia kembali ke masa lalu untuk mencegah sebuah kejadian buruk terjadi. Pada suatu hari, setelah kemampuannya tersebut membantu menggagalkan penculikan seorang gadis kecil di psat perbelanjaan, Sachiko, ibu Satoru dibunuh oleh sang pelaku. Satoru kemudian terlempar ke masa lalunya di Hokkaido, 18 tahun yang lalu, di mana terjadi penculikan dan pembunuhan anak secara beruntun pada saat Satoru masih kecil. Yakin bahwa mencegah penculikan tersebut akan menyelamatkan ibunya, Satoru pun berusaha mencari tahu dan mencegah rencana si pelaku dengan pengetahuan yang telah ia miliki dari masa depan.
Adegan-adegan dalam drama ini bisa dibilang menggambarkan kisah di manga-nya dengan cukup baik, selain juga cukup banyak adegan yang ditampilkan secara indah dan artistik. Beberapa adegan juga nampak cukup familiar dan mengingatkan pada versi layar lebarnya. Dengan total durasi yang mendekati 6 jam, pace penceritaan dalam live-action ini juga tidak terburu-buru, namun cukup cepat sehingga tidak berkesan bertele-tele maupun membosankan. Musik latar belakang yang digunakan dalam drama ini juga cukup membantu membawakan suasana yang mendukung penceritaan kisah ini. Adegan favorit penulis di drama ini adalah saat Satoru kecil dan Kayo kecil melihat pohon kering di tengah malam berbintang, dan adegan lain di tempat yang sama, saat Kayo mengucapkan terimakasihnya pada Satoru. penulis sendiri sempat setengah berharap bahwa drama live-action ini mengubah beberapa hal sehingga pada akhirnya Satoru bisa bersama Kayo di masa depan, namun karena drama ini setia mengikuti manga-nya, kapal tersebut pun karam (lagi, untuk kesekian kalinya).
Secara keseluruhan, drama live-action ini cocok untuk ditonton baik oleh mereka yang sudah sangat akrab dengan ERASED, terutama mereka yang kurang puas dengan versi layar lebarnya, maupun yang baru mengenal kisah ini di versi drama live-action ini.
(Featured images: natalie.mu)