Berita Jepang | Japanesestation.com

Suami dari seorang wanita berusia 33 tahun yang dibunuh oleh mantan pacarnya pada tahun 2012 di Jepang, mendapat kompensasi sebesar 1,1 juta yen pada hari Senin lalu oleh Pengadilan Distrik Yokohama cabang Yokosuka setelah dia mengajukan tuntutan kepada pemerintah kota Zushi karena telah memberikan informasi tentang alamat istrinya kepada detektif swasta yang kemudian memberikannya kepada si pembunuh.

Fuji TV melaporkan bahwa pria berusia 47 tahun tersebut mengajukan tuntutan untuk 11 juta yen pada bulan Oktober 2016 karena dia mengatakan bahwa pemerintah kota telah ceroboh dalam membocorkan informasi yang menyebabkan pembunuhan istrinya yang bernama Rie Miyoshi.

Dalam kasus ini, Hideto Kozutsumi, 40, membunuh Miyoshi yang merupakan mantan pacarnya di rumahnya di Zushi, Prefektur Kanagawa, pada bulan November 2012. Kozutsumi telah melacaknya dengan menggunakan jasa detektif swasta. Detektif tersebut menemukan nama lengkap Miyoshi dan alamatnya dengan menghubungi departemen perpajakan di balai kota, dan meniru suaminya. Dia kemudian memberikan informasi tersebut kepada Kozutsumi. Detektif swasta, Hirotoshi Kohama, 61, dijatuhi hukuman 2 1/2 tahun penjara, dengan lima tahun masa percobaan, pada bulan Januari 2015.

Seorang Suami di Jepang Menerima Kompensasi Setelah Istrinya Dibunuh Stalker
(image : Japan Pi)

Ketika suami Miyoshi mengajukan tuntutan tersebut, kota tersebut berpendapat bahwa orang yang menerima telepon tersebut tidak sadar bahwa penelepon tersebut adalah seorang penipu, juga tidak dapat diketahui bahwa karyawan tersebut memberikan informasi bahwa Miyoshi akan dibunuh.

Kozutsumi pertama kali ditangkap di Prefektur Kanagawa pada tahun 2011 dengan tuduhan menguntit (stalking) dan melecehkan Miyoshi, setelah dia berulang kali mengancam akan membunuhnya dalam serangkaian email setelah mereka memutuskan hubungan mereka tersebut. Pasangan ini berkencan antara tahun 2004 dan 2006.

Sementara Kozutsumi dikenai tuduhan, seorang petugas membacakan surat perintah penangkapan yang menyertakan nama baru Miyoshi dan sebagian alamatnya. Petugas polisi yang membacakan surat perintah penangkapan diharuskan melakukannya di bawah undang-undang, namun kemudian petugas tersebut ditegur karena tidak merahasiakan alamat dan nama keluarga Miyoshi setelah menikah.

Laporan mengatakan bahwa Kozutsumi menerima hukuman masa percobaan dan mulai mengejar Miyoshi lagi melalui email pada tahun 2012, namun tanpa ada ancaman di dalamnya. Kozutsumi hanya bisa mengirim email karena Miyoshi telah menikahi pria lain, mengambil namanya, dan pindah ke kota yang berbeda.

Polisi mengatakan bahwa Miyoshi telah meminta pemerintah kota di Zushi untuk menyimpan informasi tentang alamat dan nama barunya yang sangat rahasia. Menurut polisi, file Miyoshi memiliki kode rahasia yang menyala saat diakses. Ini berarti bahwa tindakan pencegahan khusus harus dilakukan sebelum membocorkan rincian pribadi tentang subjek ini.

Kozutsumi kemudian mengirim pesan ke pemerintah kota untuk mendapatkan informasi tentang suami Miyoshi, namun upaya tersebut gagal. Akhirnya dia meminta bantuan detektif swasta untuk mendapatkan nama dan alamat baru dari mantannya tersebut.

Kohama memberi Kozutsumi informasi pada 5 November 2012. Keesokan harinya, Kozutsumi menikam Miyoshi sampai mati di apartemennya sekitar pukul 3 sore lalu menggantung mayatnya di balkon apartemen bertingkat 2 tersebut. Sayangnya, suami Miyoshi sedang bekerja saat pembunuhan dilakukan.

Seorang Suami di Jepang Menerima Kompensasi Setelah Istrinya Dibunuh Stalker
(image : Livedoor)

Pencarian ponsel Miyoshi menghasilkan lebih dari 1.000 email telah dikirim oleh Kozutsumi selama dua minggu sebelum pembunuhan tersebut. Isi email mengacu pada kontrak yang Miyoshi langgar karena telah menikahi pria lain. Kozutsumi juga menuntut kompensasi moneter atas pelanggaran kontrak.

Setelah pembunuhan tersebut, polisi mendapat kritik keras atas penanganan kasus tersebut. Miyoshi telah meminta polisi untuk menangkap kembali Kozutsumi, namun petugas mengatakan tidak ada yang bisa mereka lakukan karena pada saat itu pelecehan melalui email bukanlah sebuah kejahatan dan karena kata-katanya tidak mengandung ancaman.

Kasus ini menyebabkan undang-undang anti-stalking diperkuat dimana pengiriman email berulang-berulang tanpa persetujuan juga akan dimasukan kepada tindakan yang dianggap sebagai penguntitan.