Berita Jepang | Japanesestation.com

Sebuah toko tidak bisa berjalan tanpa staf, juga tidak bisa berjalan tanpa ada yang bisa dijual. Kedua aturan tersebut berlaku di seluruh toko di dunia. Tapi bagaimana jika sebuah toko menolak mengikutinya? Sebuah kombini di Gifu, Jepang yang bertentangan dengan dua hal tersebut tersebut  menolak untuk tutup meskipun tidak ada yang mengelola toko dan rak-raknya hampir kosong.

Cerita berawal dari seorang wanita dan temannya yang sedang mengemudi melalui kota kuno Kakamigahara di Perfektur Gifu. Pada saat itu mereka ingin membeli rokok dan berhenti di sebuah kombini setelah mereka melihat logo tanda Lawson yang mereka kenal.

Namun, saat berjalan masuk, mereka terkejut saat mendapati bahwa rak-rak itu hampir kosong, yang tersisa hanya  beberapa minuman, permen karet, dan persediaan alat mandi. Toilet toko itu sendiri diblokir oleh rak kosong dengan catatan tulisan tangan yang berbunyi, "Out of Order: Toilet pria dan wanita tidak tersedia."

Para pelanggan memanggil penjaga toko beberapa kali, tapi tidak ada yang keluar atau bahkan menjawab panggilannya. Suara orang-orang yang bekerja di belakang juga tidak terdengar sama sekali. Toko itu benar-benar kosong, tapi pintunya tidak terkunci dan lampu menyala 24 jam sehari.

Menurut situs Lawson, toko ini terdaftar sebagai bagian dari jaringan toko swalayan yang mempunyai lebih dari 10.000 toko di Jepang. Di sisi lain, laporan para pelanggan yang kebingungan mengenai Lawson Hantu ini mulai viral. Keluhan pertama diposting oleh seorang pengguna twitter Jepang di awal bulan Desember lalu.

Salah seorang pelanggan mengatakan : "Kapan pun saya pergi ke Lawson di Unuma Higashimachi, Kakamigahara mereka pasti dalam keadaan kekurangan barang. Sepertinya toko tersebut sudah tutup tapi tidak ada tanda bahwa itu telah tutup. Dan ketika kalian pergi ke toko tersebut, tidak ada satu orang pun penjaga yang menyambut kalian, karena memang sebenarnya tidak ada orang di sana. Toko ini sangat aneh."

Kejadian ini adalah fenomena aneh, dan tim J-Cast News mulai menyelidiki toko ini secara mendalam. Menurut penyelidikan mereka, seperti kebanyakan perusahan kombini di Jepang, Lawson sering kali mencabut cabangnya sebagai waralaba untuk dijalankan oleh pemilik independen. Begitulah halnya dengan Unuma Higashimachi Lawson di Kakamigahara.

Sebagai bagian dari kontrak waralaba, pewaralaba harus memberitahu kantor pusat Lawson enam bulan sebelum menutup toko jika mereka ingin melakukannya. Lawson ini mengajukan permohonan untuk ditutup pada bulan September 2017, yang berarti penutupan sebenarnya akan terjadi pada bulan Maret 2018.

Sebenarnya dalam situasi tertentu jika kedua franchisee dan toko setuju, penutupan juga bisa terjadi lebih awal. Namun, pemilik Unuma Higashi Lawson mengatakan bahwa ia ingin toko tersebut terus beroperasi sampai akhir.

Tapi di akhir tahun 2017, pada saat bersamaan dengan keributan Lawson hantu ini dimulai, staff menyadari bahwa mereka berhenti memesan persediaan baru yang membawa mereka ke bagian penting lain dari perjanjian waralaba.

Agar toko mereka tidak mengalami kegagalan yang bisa melukai citra merek secara keseluruhan, Lawson menyediakan uang saku saitei hoshou (jaminan minimum) terlepas dari penjualan toko untuk memastikan bahwa upah karyawan tetap terbayar dan rak tetap penuh. Namun sayangnya, Lawson yang satu ini tidak melakukannya.

Kesimpulannya saitei hoshou akan mengalir langsung ke saku pemilik selama dia membiarkan Lawson kosong tersebut berjalan selama sisa waktu kesepakatan. Itu adalah rencana yang licik, dan dia mungkin akan berhasil lolos jika para pengguna twitter Jepang tidak mengunggah rasa penasaran mereka mengenai Lawson kosong ini.

Pemilik toko dan Lawson akhirnya telah menegosiasikan penutupan Lawson agar dipercepat dan perusahaan tersebut mengajukan permintaan maaf kepada penduduk Kakamigahara atas ketidaknyamanan yang disebabkan oleh insiden tersebut. Mereka juga mengatakan bahwa mereka akan meninjau ulang kesepakatan waralaba mereka untuk mencegah kejadian aneh tersebut terjadi lagi.

(featured image : Google Maps)