Shirakawago, desa Warisan Dunia UNESCO yang terletak di Prefektur Gifu terkenal dengan rumah-rumah pertanian tradisional gasshō-zukuri dan lanskap yang tenang. Meskipun desa ini telah lama menyambut para wisatawan yang ingin membenamkan diri dalam sejarah dan tradisinya yang kaya, namun membludaknya jumlah pengunjung membuat pemerintah daerah setempat mempertimbangkan kembali pendekatan mereka terhadap pengelolaan pariwisata.
Dengan populasi sekitar 1.400 penduduk, Shirakawago telah bergulat dengan tantangan pariwisata. Desa ini menarik lebih dari satu juta wisatawan setiap tahunnya, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan keberlanjutan infrastruktur dan pelestarian warisan budayanya.
Menanggapi tekanan yang semakin meningkat, para pejabat Shirakawago sedang mempertimbangkan untuk menerapkan sistem reservasi khusus untuk kelompok tur besar. Langkah ini bertujuan untuk mengatur jumlah pengunjung pada waktu tertentu, memastikan pengalaman yang lebih mudah diatur dan menghormati wisatawan dan penduduk.
Pariwisata memainkan peran penting dalam perekonomian Shirakawago, dengan sekitar 70% penduduk kota menjalankan bisnis yang terkait dengan industri ini. Meskipun sistem reservasi yang diusulkan dapat membatasi kunjungan spontan, sistem ini dipandang sebagai langkah yang diperlukan untuk menyeimbangkan manfaat ekonomi dengan pelestarian karakter unik desa.
TV Asahi mewawancarai beberapa warga Jepang yang menyatakan dukungannya terhadap usul tersebut. Banyak dari mereka merasa bahwa lonjakan pariwisata telah mempersulit orang Jepang sendiri untuk menikmati destinasi bersejarah seperti Shirakawago.
Jika diimplementasikan, sistem reservasi untuk bus diperkirakan akan mulai berlaku tahun depan. Meskipun hal ini dapat menyebabkan penurunan tur bus secara spontan ke daerah tersebut, para pejabat percaya bahwa hal ini akan mendorong perencanaan yang lebih matang dan membantu meringankan beban desa.
Sumber: TV Asahi via Unseen Japan