Berita Jepang | Japanesestation.com

iY.wZdB6qSj0

Pernah kepikiran ga sih sama kita, kenapa industri musik di Jepang booming banget dan rekor penjualan yang sangat gila-gilaan itu faktornya apa aja? berikut ada ulasan dari eks VJ MTV Jepang.

1. Segala macam barang lebih mahal di Jepang

Argo taxi dimulai dari 710 Yen, film berkisaran harga 1800 Yen, dan CD album rata-rata berkisar 3000 Yen.

Jadi, CD sangatlah mahal di Jepang, dan sama juga dengan produk digital. Rata-rata harga untuk satu lagu di iTunes adalah 250 Yen. Jepang tentu menjual banyak unit, tapi apa yang membuat pasar di sana besar adalah harga dari setiap produk yang sangat tinggi dibandingkan negara lainnya. Tidak hanya di Jepang saja yang dijuluki pasar musik terbesar di dunia sekarang ini — kemungkinan besar adalah pasar musik paling mahal sedunia.

2. Penetapan Harga untuk CD

Harga untuk CD belum berubah selama beberapa dekade, walaupun kebanyakan rilisan sekarang ini memiliki konten bonus seperti DVD dan photobook untuk menentukan harga. Harga untuk produk musik selalu dilindungi secara hukum dari diskon — harga sebenarnya dicetak di produknya sendiri, jadi secara historis, di sana tidak pernah ada perang harga untuk menjatuh-jatuhkan harga. Jadi toko-toko di sana tidak bisa menjual CD dengan harga yang diskon gila-gilaan untuk menarik para pelanggan. (Penetapan harga juga ditetapkan untuk buku dan DVD, yang dipercaya adalah alasan industri-industri berikut juga menikmati bisnis fisik yang kuat.)

3. Kolektor obsesif memompa pasar

Banyak CD di jaman ini berisi paket bonus, seperti CD/DVD combo. Seniman yang memiliki fans fanatik sebagai berikut (boyband, idol, dan grup K-pop) akan lebih jauh lagi dan merilis beberapa versi hanya untuk satu produk — contohnya, satu single album bisa jadi tiga versi fisik:

  • CD + konser DVD
  • CD + music video dan BTS Footage DVD
  • CD + 40 halaman photobook.

Fans loyal membutuhkan ketiga versi tersebut untuk melengkapi koleksi mereka, dengan setiap versi yang berharga 3000 Yen atau lebih. Terkadang, mereka hanya membeli versi lainnya yang memiliki alternative cover yang berbeda. Bukan harga yang murah untuk menjadi fans musik jepang yang berdedikasi.

TVXQ, grup K-pop terbesar di Jepang, merilis tiga versi berbeda untuk album 2013 mereka, Time, dan tiga versi album 2011, Tone. dan idol group AKB48 memiliki rekor top five selling singles pada tahun 2012, dan yang paling menarik karena CD mereka tidak hanya berisi hasil recording mereka, CD tersebut merupakan tiket masuk untuk meet and greet dengan artis-nya, atau tiket untuk voting pemilihan yang di mana fans memilih lead vocal untuk single yang akan datang.

Walaupun Asosiasi Industri Rekaman Jepang senang menjadi pasar musik Jepang nomor 1, mereka harus khawatir dengan masa depan. Ukuran pasar sekarang ini juga berdasarkan para fans obsesif yang mau membeli album dengan tiga versi berbeda, atau 100 copy dari single AKB48, karena itu bisa membuat mereka vote 100 kali untuk anggota favorit mereka di pemilihan nantinya. Pasar tersebut akan menyusut jika hal-hal seperti tadi berkurang dalam popularitas dan skema CD tidak lagi diterapkan.

4. Revolusi download ilegal tidak pernah terjadi.

Belum pernah ada Napster, Bit Torrent, atau sesuatu yang sama, yang dipakai oleh anak muda Jepang. Bisa jadi karena orang Jepang umumnya jujur — atau bisa juga mereka lebih suka melakukan netsurfing melalui ponsel, yang tidak memungkinkan banyaknya file sharing.

Apapun alasannya, download ilegal ini tidak melemahkan ke pasar musik seperti itu di tempat lain. Kebanyakan orang tetap membeli atau menyewa musik dari sumber resmi, dan membayar sepenuhnya. Jepang tidak kebal terhadap penjualan fisik yang menurun, tapi untuk bertahun-tahun, penurunan bertahap diatasi oleh pasar download mobile yang bertumbuh  — dengan harga berkisar 4 $ setiap satu lagu. Ada kekhawatiran tentang masa depan digital sekarang, karena fitur bisnis mobile download yang memasang badan dan hampir semua orang berpindah ke smartphone. Sementara, download musik smartphone tidak bertumbuh dengan bersamaan.

5. Aturan fisik karena digital masih baru

Teori konspirasi: Record label Jepang tidak pernah menginginkan pasar musik digital yang real, karena hal itu dapat mengancam keuntungan pasar fisik.

Situs mobile menjual single berkisar 4 $ persatu-an baik-baik saja. Membiarkan iTunes atau perpustakaan musik yang sama untuk menandingi penjual fisik tidak baik-baik saja. iTunes diluncurkan di Jepang pada tahun 2005, tapi tidak sampai 2012 Sony Music Japan memberi lisensi repertoir orang Jepang ke Apple, artinya iTunes Japan telah kehilangan sepotong yang signifikan dari skema musik Jepang selama beberapa tahun.

Layanan berlangganan masih menghadapi rintangan yang besar juga. Banyak macam layanan berlangganan musik bekerja untuk meluncurkan layanannya di Jepang juga, tetapi di sana masih ada ketidak-sepakatan yang besar. Sementara, Sony Music Unlimited telah diluncurkan dengan catalog musik internasional yang besar, dan juga memiliki material dari Sony Japan, tetapi tidak memiliki musik dari Major Label dari Jepang yaitu Avex, yang di mana terlihat kurang kooperatif dengan platform lainnya yang sekarang memiliki layanan streaming musik/film sendiri, seperti Uula. Sebaliknya, Uula tidak memiliki materi dari Sony Japan. Recochoku dioperasikan oleh persatuan dari label lokal, yang memberi kesempatan terbaik untuk menjadi default pilihan digital. Namun, hal tersebut memiliki katalog yang sedikit di antara satu juta lagu, dan membuat point untuk menjelaskan bahwa mereka fokus dalam memiliki J-Pop hits yang dapat dikenali.

Garis bawahnya adalah: Tidak ada layanan digital yang lengkap yang membuat pelanggan berpikir bahwa mereka bisa meninggalkan CD dan pergi sepenuhnya ke digital. Dan itu bagaimana industri menyukainya.

Selanjutnya apa: mimpi Jepang untuk go global

Topik hangat untuk semuanya di industri tersebut adalah meng-export musik Jepang. Hal tersebut terlihat sebagai kunci untuk para musisi dan kelangsungan dari label. Jika pemecahan musik Jepang di pasar luar negeri adalah prioritas, banyak label yang harus bekerja dengan perusahaan seperti Spotify, jadi para fans White Stripes bisa mengetahui tentang fenomena gitaris/drummer Jepang, seperti Miyavi contohnya.