Berita Jepang | Japanesestation.com

Pada pelaksanaan ajang Popcon Asia yang digelar tanggal 5 dan 6 Agustus yang lalu, beberapa kreator turut hadir menjadi bagian dari keluarga besar Popcon Asia 2017. Berikut adalah beberapa di antaranya yang menjadi sorotan dari event yang telah diselenggarakan tahun ini.

Popcon Asia 2017

Sandy Solihin Diumumkan Sebagai Pemenang ModCon Digital Arts Competition 2017 Pada Ajang Popcon Asia 2017

Sandy Solihin ilustrator muda dari Bandung dengan karya berjudul Crocoppuccino, diumumkan sebagai pemenang dari ModCon Digital Arts Competition 2017 (kependekan dari Modern Conference), kompetisi seni digital untuk mahasiswa dan seniman pendatang baru. Keberhasilan Sandy Solihin memenangkan kompetisi tersebut diumumkan pada ajang Popcon Asia, Festival Pop Culture terbesar di Indonesia pada minggu (6/8).

Seperti tahun lalu, sebagai pemenang yang di pilih oleh publik melalui akun Instagram @KedubesAustralia, ia berhak mendapatkan hadiah mengunjungi Australia untuk serangkaian kegiatan pengembangan profesional seperti bertemu dengan seniman-seniman profesional, berpartisipasi dalam lokakarya dan menampilkan karyanya di galeri.

ModCon Digital Arts Competition 2017 merupakan kolaborasi antara Kedutaan Besar Australia dengan Popcon Asia untuk bersama-sama mengembangkan industri kreatif. Bekerja sama dengan Popcon Asia, peserta ModCon diminta mengirimkan karya seni digital yang menggambarkan #AussieBanget. Ada sembilan karya terbaik yang disisihkan oleh Sandy Solihin sebelum ditetapkan sebagai pemenang dari kompetisi ini.

Grace Kusnadi, Co Founder Popcon Asia mengungkapkan kesempatan yang diraih oleh Sandy Solihin untuk bertukar pengalaman dengan para kreator di Australia merupakan kesempatan yang sangat baik untuk belajar dan mengembangkan kapasitas. "Belajar dari para ahli merupakan pengalaman yang sangat berharga. Hadiah yang ditawarkan oleh ModCon sejalan dengan semangat Popcon Asia untuk memberi kesempatan bagi para talenta muda untuk bisa bertemu dan belajar dengan para ahli. Hal ini saya kira penting, agar bisa mendorong Sandy Solihin bisa menjadi kreator yang lebih baik."

Grace juga menyatakan harapannya agar kolaborasi antara Popcon Asia dengan ModCon pada pagelaran tahun ini bisa menjadi awal dari kerjasama jangka panjang antara kedua belah pihak di bidang industri kreatif. "Indonesia dan Australia merupakan negara yang memiliki potensi sangat besar dalam Industri kreatif. Popcon Asia berharap kerjasama antara kedua pihak bisa terus berjalan dan terus saling mendukung upaya para talenta muda untuk menjadi kreator utama. Sebagai rumah besar industri pop culture di Indonesia, Popcon Asia percaya kolaborasi adalah kunci keberhasilan."

Sebagai bagian dari ModCon 2017, hadir Ilustrator dan concept artist Australia kelahiran Indonesia Charles Santoso yang berbagi keahliannya dengan pelajar dan seniman berbakat Indonesia di Jakarta minggu ini. Bersama Animal Logic, sebuah studio digital kreatif di Australia, Charles terlibat dalam produksi film Lego Movies, dan Legend of the Guardians: The Owls of Ga’Hoole setelah ia lulus dari University of New South Wales di Sydney.

Kedutaan Besar Australia juga mengundang Simon Allen, animator sukses Australia dan dosen Murdoch University in Perth, yang berkiprah dalam film pemenang penghargaan Happy Feet, Up, dan Toy Story 3. Santoso dan Allen berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka dengan seniman muda Indonesia melalui sesi kelas khusus, talkshow, dan rangkaian kegiatan lain.

Johanes Park & Jessica Leman, Pulang ke Indonesia Demi Komik Lokal Gula Komik

Johanes Park dan Jessica Leman adalah pasangan sejoli yang rela pulang ke Indonesia demi mempublikasikan komik buatan mereka, Gula Komik. Keduanya telah menyelesaikan sekolah S1 di Kyungsung university, Korea Selatan untuk jurusan Digital Animation.

Pertemuan keduanya berawal dari project kuliah yang akhirnya terciptalah sebuah karakter komik berjudul Gula komik. Gula komik sendiri adalah karakter seorang gadis kecil yang memiliki rambut pink dengan jambang melingkar seperti gulali. Diceritakan gadis yang masih menduduki sekolah dasar ini tinggal di Indonesia bersama seorang penyihir.

Hingga saat ini, perkembangan dari komik tersebut mendapat banyak sambutan hangat terutama bagi anak-anak di Indonesia. Bahkan dalam waktu dekat ini, karakter yang mereka ciptakan akan segera mendapat Hak Paten Indonesia.

Seperti yang diketahui, kebutuhan hak cipta untuk karakter fiksi sudah sangat menjadi sesuatu yang paling penting di Industri kreatif lokal yang sudah semakin berkembang dan akan berjalan tidak optimal jika tanpa proteksi hak cipta.

Kesulitan yang keduanya hadapi saat ini adalah tidak adanya koneksi di Indonesia, membuat karyanya sulit jika ingin dipublikasikan dan berkolaborasi bersama komikus lainnya. Salah satu media yang saat ini digunakan untuk mempromosikan kedua karyanya yaitu melalui media digital,termasuk mengikuti webtoon challenge.

Selama di Korea, keduanya juga mengamati perbandingan antara komik Korea dengan di Indonesia, dan memutuskan untuk membuat karakter Indonesia yang mempunyai keberagaman agar bisa dikenal lebih luas.

FODA, Komunitas yang Mengenalkan Doodle Art Lebih Luas Hingga Keluar Indonesia

Berawal dari keinginan yang kuat untuk memperkenalkan doodle art kepada khayalak luas. Dan ingin merubah pandangan orang bahwa doodle art adalah salah satu penggayaan yang perlu dipandang penting. Maka terlahirlah sebuah komunitas untuk mewadahi para pencinta doodle maupun seniman doodle untuk berkarya dan meroket bersama, yang diberi nama Full Of Doodle Art Indonesia. Full Of Doodle Art Indonesia, yang biasa disingkat FODA terbentuk sejak 13 Januari 2012, berawal dari pembicaraan santai, dan berubah menjadi sesuatu yang serius, pertama kali FODA mengepakkan sayapnya di Surabaya, kemudian terbang semakin jauh hingga ke delapan kota besar di Indonesia lainnya yaitu Yogyakarta, Solo, Semarang, Malang, Bandung, Jakarta, Palembang, dan Surabaya itu sendiri, yang memiliki koordinator di setiap kotanya.

Gerakan tangan untuk selalu menghasilkan karya-karya kreatif memang sudah tak dapat ditahan lagi. Beberapa karya tersebut tertuang dalam bentuk gambar maupun tulisan. Jika di tulisan lebih dikenal dengan hand lettering, maka untuk gambar ada doodle art. Doodle sendiri memiliki arti coretan. Doodle art diartikan suatu gaya menggambar dengan cara mencoret, terlihat abstrak, kadang bermakna kadang tidak, kebanyakan bentuknya unik dan menarik.

Salah satu teknik menggambar yang mulai booming pada tahun 2016 ini banyak digandrungi oleh muda-mudi sekarang. Sebab, di dalamnya tergambar karakter-karakter yang lucu dan tidak membosankan. Dari gambar yang kecil-kecil hingga gambar maupun tulisan yang menjadi fokus dari gambar nampak menarik untuk selalu dipandang.

Keanggotaan di sini tidak bersifat mengikat, komunitas yang memiliki khas gambar monster doodle ini juga terbuka untuk masyarakat umum. Sebab, masyarakat yang ingin bergabung boleh langsung mengikuti kegiatan mereka setiap ada event yang berlangsung. Sekali dalam setiap bulannya, para anggota mengadakan gathering. Agendanya pun beragam, ada workshop, sharing, dan lain-lain.

"Harapan kita semoga teman-teman yang ada di komunitas bisa terus berkembang, terutama kita sudah pernah koneksi dengan komunitas di Asia Tenggara, jadi semoga kedepannya bisa punya kesempatan untuk pameran hingga di luar Negri." Kata Shabrina, Doodle Artist dan Public Relation yang hadir di acara Popcon Asia 2017.

Komunitas ini tak jarang juga berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lainnya dalam mengisi acara. Tak hanya menjalin komunikasi namun juga saling berbagi ilmu yang dimiliki.

Tito Sigilipoe, Berhenti menjadi Dokter untuk Menjadi Komikus

Inilah Beberapa Kreator, Komikus & Komunitas Yang Turut Memeriahkan Ajang Popcon Asia 2017
(Foto: Tito sebelah kiri)

Lahir di Salatiga, Jawa Tengah. Sejak kecil menyukai hewan dan menggambar. Alumni Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini sempat bekerja sebagai key animator dan inbetweener lepas di sebuah studio animasi Yogyakarta dan mengisi kolom komik di majalah fakultas semasa kuliah dulu. Ilmu dan pengalaman memelihara hewan yang dimilikinya kemudian dipadukan dengan kemampuan menggambarnya hingga melahirkan buku-buku yang diminati dan bermanfaat bagi banyak orang.

Dog Lovers Book, adalah salah satu karya yang ia tulis. Berawal dari kecemasannya pada banyaknya hewan liar yang terlantar. Tito Sigilipoe memutuskan membuat buku yang memberikan informasi tentang cara merawat hingga mengobati hewan Anjing.

Tito Sigilipoe dalam pagelaran Popcon Asia 2017 menampilkan stiker murah untuk membuat kesadaran masyarakat terhadap masih banyaknya hewan yang terlantar untuk diadopsi tanpa harus membeli hewan yang harganya lumayan mahal.

Setiap hari Tito juga membuat komik di blognya sediri. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk membuat kepercayaan keluarganya dengan pilihannya yang kini beralih menjadi seorang komikus. Harapan untuk karyanya, adalah membantu masyarakat untuk lebih mengerti lingkungan disekitar.

"Kita bisa ikut andil untuk memelihara lingkungan, dan peka terhadap hewan di sekitar. Mungkin banyak orang yang berat untuk memelihara hewan karena biaya perawatannya yang terbilang mahal, namun dengan merawat lingkungan juga akan berdampak baik bagi hewan sekitar," Ujar Tito.

Selama ini promosi yang dilakukannya hanya melalui website dan facebook fan page. Kedepannya, ia akan membuat komik yang ia buat menjadi lebih dikenal lagi, melalui digital media, seperti instagram.