Berita Jepang | Japanesestation.com

Apa yang terbayang ketika kita melihat atau ditawari menjadi seorang volunteer? Tentunya seorang yang sukarela membantu dan berkontribusi dalam suatu acara yang diadakan dengan skala besar dan harus melibatkan banyak orang didalamnya. Kebanyakan volunteer saat ini, tergabung melalui open recruitment yang dibuka secara cuma-cuma oleh panitia event beberapa pekan sebelum hari-H. namun, tahukah kalian kalau ada jenis volunteer yang mendedikasikan dirinya untuk kegiatan kemanusiaan?

Bulan lalu, The Japan Foundation kembali menggelar acara bertajuk Japanese Cultural Weeks 2018 yang bertujuan untuk mengenalkan budaya Jepang lebih jauh. Dalam rangkaian acara tersebut, pada hari Minggu (21/1) menjadi agenda Talkshow & Pemutaran film LENSES & LANDSCAPE dengan pembicara Anissa Hara, seorang Volunteer Bencana Tohoku 2011 sekaligus penggarap film bergenre dokumenter tersebut. Dalam diskusinya, Annisa membagikan pengalamannya menggarap film sambil menjalankan tugasnya sebagai volunteer dalam bencana Tsunami di Tohoku pada tahun 2011. Tak hanya itu, seluruh kegiatannya di atas ia kerjakan dengan keadaan sedang menyelesaikan studi S2 di Jepang.

Berbekal hasil belajar Bahasa Jepang selama 6 bulan, ia langsung menerima beasiswa di salah satu perguruan tinggi di Jepang dengan mengambil kuliah jurusan Media Design. Karyanya yang berjudul “LENSES & LANDSCAPE” ditayangkan pertama kali di Tokyo International Film Festival 2011, film tersebut merupakan film dokumenter pertamanya yang dibuat dari pengalamannya selama menjadi volunteer saat terjadi bencana Tunami di Tohoku. Hanya dengan mengandalkan peralatan seadanya yang digunakan semaksimal mungkin dan memanfaatkan cloud server, ia bersama timnya yang terdiri dari 3 orang, yaitu Yukoh Nakamura, Max Hodges dan Kensuke Mori membuat film tersebut yang selesai di tahun 2011 dilanjutkan dengan penggarapan film keduanya pada tahun 2012.

Sampai sekarang, Annisa aktif berkegiatan sosial dan membuat komunitas volunteer bagi orang-orang yang pernah terlibat atau menjadi seorang volunteer dari latar belakang kegiatan yang berbeda-beda. Tujuannya untuk berbagi pengalaman ketika berkumpul bersama orang-orang yang hendak atau telah menjadi volunteer.

Annisa sediri mengawali pengalamannya sebagai volunteer beberapa pekan setelah musibah Tsunami di Tohoku, selama itu ia hanya mendengar perkembangan wilayah tersebut melalui berita. Kemudian ia ditawari oleh salah satu staf Kedubes Indonesia untuk berangkat ke wilayah Tokohu dan bergabung dengan ASEAN News Caravan yang dimana para kontributornya terdiri dari delegasi yang menjadi korban bencana alam seperti dari Aceh dan Thailand untuk memberikan semangat bagi para korban.

Seperti yang kita ketahui, Tsunami yang terjadi di Tohoku menjadi bencana alam yang memilukan bagi Negara Jepang. Bayangkan saja, satu kota habis tersapu oleh air laut yang tumpah ke daratan.

Dalam pengalamannya tersebut, ia membagikan suka duka menjadi volunteer dan pelajaran-pelajaran berharga yang Ia dapat saat menjadi volunteer.

Menurutnya, di Indonesia menjadi volunteer lebih leluasa dibandingkan dengan negara lain yang mengharuskan kita memenuhi syarat memiliki sertifikat Mental Health.

Tapi kalau di Indonesia sih siapa saja bisa menjadi volunteer, pun kalau kita ingin menjadi volunteer harus bisa eee..., lebih memanage dulu semuanya harus jelas dulu gitu” katanya.