Sejak adanya pandemi Covid-19, industri musik di Jepang telah berubah drastis. Dengan tidak adanya konser musik dan berkurangnya orang-orang yang mengunjungi toko CD, mau tidak mau perusahan musik harus mengubah strategi dengan memanfaatkan internet untuk mempromosikan artis mereka. Contohnya, penggunaan layanan streaming musik yang semakin meningkat sejak tahun lalu, dan tren musik Jepang juga ikut mengalami perubahan.
Arashi hiatus, industri musik Jepang mengalami kekosongan
Hiatusnya Arashi sejak 1 Januari lalu, membuat industri musik Jepang seperti mengalami kekosongan. Apakah kekosongan itu akan terisi kembali? Rasanya belum mungkin meskipun agensi Johnny &Associates Inc. sedang mengembangkan beberapa grup pop seperti King & Prince dan SixTones untuk mencapai kesuksesan seperti yang telah dicapai Arashi.
Arashi adalah grup terakhir yang bisa memuncaki dunia entertainment Jepang tanpa bergantung terhadap internet, sedangkan saat ini internet sangat dibutuhkan agar setiap idola bisa berinteraksi dengan para penggemarnya, dan juga agar lagu-lagu mereka dapat diakses dengan mudah. Untuk menjadi selevel Arashi, grup-grup idola baru harus lebih berfokus pada industri musik digital dibandingkan dengan mengikuti jejak Arashi karena era sudah berubah.
Yoasobi dan grup serupa akan menjadi trend-setter bagi musik Jepang
Siapa yang tidak tahu Yoasobi? Lagunya yang berjudul “Yoru ni Kakeru” sangat populer di tahun 2020 hingga mendapatkan lebih dari 143 juta views di YouTube. Lagu tersebut disukai oleh banyak orang hingga Yoasobi seperti menjadi kiblat bagi industri musik Jepang saat ini.
Yorushika dan Zutto Mayonaka de Ii No ni juga memiliki gaya musik pop yang unik dan cocok dengan selera kebanyakan orang. Begitu juga dengan SixTones yang merilis lagu serta video yang menyerupai karya Yoasobi. Ayase, produser Yoasobi juga ikut membantu membuat lagu untuk grup pemula sehingga menghasilkan karya yang mirip dengan milik Yoasobi lebih banyak lagi. Yoru ni Kakeru seperti menjadi sihir yang menginspirasi lebih banyak grup musik di Jepang.
Tiktok membantu musik Jepang menjangkau pasar global
Berkat banyaknya pengguna Tiktok yang menjadikan lagu milik Miki Matsubara yang berjudul ‘Stay With Me’ sebagai soundtrack video, lagu debut Matsubara di tahun 1979 itu menduduki puncak tangga lagu Global Viral 50 Spotify selama beberapa minggu di sejumlah negara. Sayang sekali Matsubara tidak dapat menyaksikan itu karena ia sudah meninggal pada tahun 2004. Bahkan Pony Canyon selaku label yang menaungi Matsubara kembali mempromosikan lagu tersebut secara online melalui YouTube.
Selain itu, lagu pembuka anime Kimetsu no Yaiba yang dibawakan oleh LiSA dan lagu-lagu Jepang lainnya juga menjadi viral bahkan bukan hanya di kalangan pecinta anime saja karena aplikasi Tiktok. Hal ini diperkirakan masih akan berlanjut di tahun 2021 ini, mengingat peminat Tiktok masih sangat banyak sehingga tidak menutup kemungkinan musik-musik Jepang akan dikenal lebih luas lagi.
Perusahaan K-Pop melirik J-Pop untuk dikenalkan kepada dunia
Saat ini sudah semakin banyak perusahaan musik Korea Selatan yang memasuki dunia J-Pop, dan menjadi sebuah tren yang dibawa oleh grup idola seperti NiziU, JO1, dan grup yang akan debut dari Big Hit Entertainment, agensi yang menaungi grup BTS. Perpaduan antara K-Pop dan J-Pop akan membantu J-Pop lebih menarik perhatian pasar global yang lebih luas.
Di sisi lain, genre rock beberapa tahun ini sudah tidak menjadi tren lagi, dan karena roda tren terus berputar, elemen rock ‘n’ roll mulai dimasukkan lagi ke dalam musik musisi Jepang. Ini menjadi kesempatan yang bagus bagi Jepang untuk membuat ciri khas musik mereka sendiri terhadap dunia. Bisa kita lihat Official Hige DANdism dan King Gnu yang berhasil menguasai tangga lagu di pertengahan tahun 2020 lalu dengan membuat terobosan baru.
Jangan berharap bahwa suatu tren akan terus bertahan sepanjang tahun. Industri musik Jepang sebaiknya bersiap untuk menghadapi kejutan-kejutan lainnya di tahun 2021 ini agar lebih banyak lagi orang-orang yang mengenal bagaimana musik Jepang itu.