Raksasa idol Jepang bernama AKB48 baru saja meletakkan tonggak kesuksesan baru di tengah karir mereka yang telah sangat menjulang : melakukan 3 pertunjukan dengan tiket yang habis terjual pada tanggal 24-26 Agustus kemarin di Tokyo Dome, tempat konser terbesar di negara itu. Namun kesuksesan mereka yang dirasakan gila-gilaan itu bukannya juga tanpa pengorbanan dan langkah-langkah penuh kesalahan hingga menjadi prestasi buruk.
Entah itu keberuntungan yang menjadi buruk ataukah langkah strategi pemasaran yang cerdik, Rino Sashihara, penyanyi berumur 19 tahun yang sudah menjadi anggota AKB48 sejak tahun 2007, tidak ambil bagian dalam konser Tokyo Dome kemarin. Awal musim panas ini, seorang pria yang mengaku sebagai mantan kekasih Rino mendatangi tabloid populer Jepang yaitu Shunkan Bushun dengan foto-foto setengah telanjang milik Rino dan rincian seram mengenai hubungan mereka di masa lalu. Rino yang merupakan salah satu anggota terpopuler grup idol tersebut membantah semua tuduhan dan pemberitaan yang muncul, namun kerusakan telah terjadi. Ia dikeluarkan dari AKB48 dan dipindahkan ke HKT48, salah satu sister grup AKB48 yang kurang terkenal dan berada di sisi lain negara Jepang.
Dosa yang diduga dilakukan oleh Rino bukan hanya sekedar berpose di depan kamera mengenakan busana minim. Ia telah melanggar dosa terbesar dalam industri idol J-Pop : tidak berkencan. Tidak pula untuk sekedar tanda-tanda berkencan. Jika di Amerika para fans dan media sangat terobsesi untuk melihat kelanjutan hubungan antara, katakanlah bintang pop remaja Justin Bieber dan Selena Gomez, industri hiburan Jepang memiliki sejarah panjang untuk berpura-pura bahwa para bintangnya sama sekali tidak memiliki keinginan romantis – dan menghukum mereka saat ilusi tersebut rusak. Kebijakan ini dimaksudkan untuk melestarikan kemurnian, semangat muda dan aksesibilitas dari artis tersebut, dan meskipun tampaknya kuno, larangan tersebut kemungkinan tidak akan berubah dalam waktu dekat.
“Ini merupakan bisnis yang menguntungkan,” kata Dr. Laura Miller, seorang profesor studi Jepang dan antropologi di University of Missouri-St. Louis. “Para anggota grup itu adalah produk fantasi, dan membuat fans mereka membayangkan mereka sebagai pasangan potensial atau sebagai sesuatu yang suci dan murni adalah bagian dari modal mereka. Itu termasuk dalam kepentingan mereka dan pihak-pihak yang mencoba untuk mendulang keuntungan lewat para bintang itu untuk tetap membuat kehidupan pribadi, kepribadian dan kemanusiaan mereka terpisah dari ilusi yang mereka ciptakan.”
Aturan tidak boleh berkencan itu dapat ditelusuri ke belakang pada sebuah grup idol yang sangat terkenal pada pertengahan tahun ‘80an, Onyako Club. Onyako Club adalah barisan gadis-gadis penyanyi berpakaian sekolah yang sangat terkenal yang dibentuk oleh Yasushi Akimoto yang juga membentuk AKB48. (Di Jepang, idol adalah beberapa penyanyi pop yang dikemas dengan gerakan koreografi yang khas, basis fans yang sangat kuat dan besar serta image mereka yang murni di hadapan publik). Kebijakan ini tidak mengarah pada skandal apapun dalam Onyanko Club – kontroversi merokok di bawah umur merupakan dosa besar yang merusak kesucian seragam sekolah yang mereka kenakan – dan beberapa anggota menyatakan bahwa mereka diam-diam berkencan selama mereka masih berada dalam grup tersebut. Tetap saja, aturan yang ada mempertahankan penampilan publik bak perawan, dimana itu adalah hal yang paling penting untuk terus menjual rekaman.
Sejak saat itu, larangan berkencan diterapkan pada grup idol dan juga penyanyi individu, baik itu wanita maupun pria. Di tahun 2012 ini telah banyak terjadi skandal selain yang menimpa Rino. Pada bulan Januari, 2 anggota AKB48 yaitu Natsumi Hirajima dan Rumi Yonezawa mengundurkan diri setelah foto-foto mereka bersama pria muncul dalam message board populer 2Channel. Berita yang lebih menghebohkan media massa adalah mengenai Jin Akanishi, anggota boyband KAT-TUN dan juga seorang solois, yang diam-diam menikahi seorang wanita tanpa memberitahu agensinya pada awal tahun ini. Sebagai hukumannya, Jin dihapus dari sebuah drama televisi yang rencananya akan dibintangi olehnya, dan juga fanclub-nya dibubarkan. Sejak saat itu, karirnya mengalami hantaman yang sangat besar.
Sementara banyak penghibur non-pop yang dapat menikmati hubungan yang normal, grup idol disebutkan oleh Dr. Laura sebagai “kategori khusus dari produk media”. Dan hal itu memang benar adanya, terlihat saat leader grup idol populer Morning Musume mengundurkan diri pada tahun 2005 setelah foto-foto dirinya keluar dari supermarket bersama seorang aktor pria yang ia kencani dengan diam-diam tersebar di berbagai media di Jepang, ia mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa ia sudah tidak dapat lagi mempertahankan image idol yang sesuai. Hanya karena sebuah gosip asmara saja dapat membuat para pemegang kebijakan J-Pop membuat langkah drastis untuk anak asuhannya. Tahun lalu, Ayaka Nishiwaki, salah satu anggota grup electro-idol terkenal Perfume terlihat mengunjungi rumah dari seorang bintang rock pria pada larut malam. Agensinya langsung menepis dan memadamkan berita tersebut dengan wajah lurus dengan menyatakan bahwa Ayaka hanya datang untuk membawakan obat untuk bintang pria tersebut.
Aturan mengenai kencan ini juga muncul di ranah pop Korea, dan Dr. Laura mengatakan bahwa kebijakan-kebijakan serupa juga merupakan hal yang umum pada industri musik dan film Amerika. Tetap saja, fokus J-Pop pada kemurnian semangat muda berbentrokan dengan cara industri musik Amerika menangani artis-artis mereka yang tengah beranjak dewasa pada beberapa tahun terakhir ini. Pengaturan kepentingan musik yang dilakukan oleh Disney Channel terasa paling mirip dengan sistem Jepang, kecuali bahwa hampir semua kebijakan mereka pada akhirnya didorong untuk terlihat lebih dewasa. Album terbaru milik Miley Cyrus dan Demi Lovato telah dicap “lebih dewasa”, dan bahkan album solo milik Joe Jonas, salah satu anggota Jonas Brothers ditempeli label “Parental Advisory”.
Contoh perengkuhan dunia dewasa terbaik mungkin datang dari musim panas lalu. Pada tahun 2008, penyanyi Kanada Justin Bieber menembus budaya pop Barat sebagai seorang remaja yang nampaknya belum lagi mengalami masa pubertas. Musiknya ditujukan untuk para remaja, tapi pada tahun 2012 ini mereka yang menangani Justin Bieber telah menciptakan suatu dorongan yang terpusat untuk mengubahnya menjadi seorang superstar yang lebih “dewasa”, dan langkah tersebut didukung oleh berbagai media seperti berbagai majalah ternama.
Seperti yang disebutkan oleh banyak pihak, karir Justin Bieber belakangan ini mengingatkan kita pada perubahan kdewasaan yang dialami oleh Justin Timberlake pada tahun 2002 lalu, yang mendapat keuntungan dari hubungannya (dan putusnya) yang sangat terbuka secara publik dengan artis idol remaja saat itu Britney Spears. Justin Bieber pun mengalami hal yang sama, dengan hubungannya dengan Selena Gomez yang merupakan mantan bintang Disney Channel, hubungan yang dalam aturan industri hiburan Jepang akan segera mengenyahkannya dari persaingan industri hiburan. Walau Justin tidak memamerkan hubungan asmaranya dengan Selena, ia pun tidak menghindar dari membahasnya, seperti diketahui dari berbagai media termasuk majalah dan televisi. Satu bagian dari sebuah artikel oleh Eells menyebutkan bahwa sebagian dari pihak yang mengurus Justin khawatir bahwa dengan memiliki kekasih Justin akan “kurang menjadi obyek fantasi”.
“Secara pribadi, aku rasa itu semua adalah omong kosong,” manager Justin Scooter Braun berkata pada Eells. “Ya, akan ada beberapa gadis yang mungkin mimpinya akan mati karena mengetahui bahwa Justin memiliki kekasih – namun akan ada juga beberapa gadis yang mengetahui Justin memiliki kekasih, mendengar hal-hal romantis tentang mereka dan malah akan lebih menginginkannya.”
Sejauh ini, kencan Justin dengan Selena tidak memengaruhi penjualan album Justin. Album teranyarnya, Believe, mencatat rekor debut baru penjualan dalam seminggu di tahun 2012. Namun album terbaru AKB48 yang dirilis minggu ini, 1830m, sukses terjual di hari pertamanya sebesar 625.000 kopi. Hingga saatnya kebijakan pop Jepang yang dibangun di atas ilusi kesucian semangat muda mulai tergelincir secara finansial, nampaknya industri musik negeri itu merasa tidak perlu untuk cepat-cepat mendewasakan bintang-bintangnya. Hideaki Anno, sutradara anime terkenal Neon Genesis Evangelion, menyatakan bahwa Jepang adalah “negara anak-anak.” Pernyataan itu mungkin terasa sedikit kasar, namun sulit untuk membantah bahwa Jepang adalah negara yang menginginkan sisi hiburannya tetap suci.
sumber : aramatheydidnt.livejournal.com