Berita Jepang | Japanesestation.com

Dengan penuh keceriaan, Hari Anak di Jepang adalah waktu yang sangat dinantikan untuk merayakan dan mengapresiasi keunikan anak-anak.  Bagi kamu yang sering melihat bendera berbentuk ikan mas atau koinobori dikibarkan, mungkin tak asing lagi dengan perayaan yang satu ini. 

Hari Anak di Jepang, atau yang akrab disebut Kodomo no Hi, adalah pesta seru yang dirayakan untuk menghormati anak-anak dan semua kebahagiaan yang mereka bawa. Tiap tanggal 5 Mei, keluarga-keluarga Jepang merayakan kesempatan ini dengan penuh semangat, merayakan prestasi dan pertumbuhan anak-anak mereka dengan menikmati suasana piknik, bermain permainan tradisional, dan tentunya menikmati kue mochi khas sambil bersyukur atas kebahagiaan yang ada.

Penasaran dengan fakta lain apa saja tentang hari anak? Mari kita telusuri keunikan dan keindahan tradisi Hari Anak di Jepang yang penuh warna!

1. Bermula dari Hari Anak Laki-laki

Kodomo no Hi | Hari Anak-Anak di Jepang

Selama periode Nara (710 hingga 794 M), tanggal 5 Mei diakui sebagai Tango no sekku (端午の節句), sebuah hari yang didedikasikan untuk wanita membersihkan rumah dan beristirahat. Praktik ini muncul karena Mei adalah musim tanam padi, waktu suci yang diyakini membutuhkan penyambutan dewa padi untuk memastikan panen yang melimpah. Wanita muda, yang dikenal sebagai Saotome, tokoh terhormat dari era itu, bertanggung jawab untuk menanam padi dan perlu menjalani ritual penyucian saat mereka menyambut dewa padi.

Namun, selama periode Kamakura (1185–1333), ketika kelas samurai mendapatkan pengaruh dalam pemerintahan, fokus hari tersebut bergeser untuk merayakan anak laki-laki muda. Pada tahun 1948, pemerintah secara resmi mengubah nama hari libur menjadi Kodomo No Hi untuk menghormati semua anak, namun tradisi tradisional yang berakar pada asal-usul samurainya tetap bertahan hingga hari ini.

Meskipun secara resmi diakui sebagai Hari Anak, banyak orang Jepang masih memandang dan merayakan hari tersebut sebagai Hari Anak Laki-Laki. Hal ini sangat wajar mengingat Hari Anak Perempuan sudah ada dalam tradisi Jepang, yang dirayakan pada tanggal 3 Maret dan dikenal sebagai Hinamatsuri

2. Identik dengan Zirah Samurai

Kabuto | Kodomo no Hi

Selama perayaan Kodomo no Hi, keluarga-keluarga di Jepang menghias rumah mereka dengan replika-replika baju zirah dan helm samurai, yang melambangkan aspirasi mereka untuk membesarkan anak laki-laki yang tangguh. Kombinasi dari baju zirah (yoroi, 鎧) dan helm (kabuto, 兜) menghasilkan istilah yoroikabuto, yang sering disebutkan selama periode ini.

3. Ikan Mas Bermakna Keberanian

Tokyo Tower yang dipenuhi koinobori (TImeOut)
Tokyo Tower yang dipenuhi koinobori (TImeOut)

Keluarga-keluarga yang memiliki anak laki-laki akan mengibarkan bendera ikan mas yang cerah di luar rumah mereka. Pemandangan ini dapat ditemui di berbagai tempat umum di seluruh negeri. Menurut legenda kuno Tiongkok, sekelompok ikan berusaha berenang melawan arus di air terjun yang dikenal sebagai Ryumon (龍門), atau gerbang naga. Sementara ikan-ikan lain menyerah dan terbawa arus ke hilir, ikan mas tetap bertahan, akhirnya berubah menjadi naga setelah memasuki Gerbang Naga.

Meskipun variasi legenda ini ada, versi Jepangnya berkembang menjadi sebuah peribahasa, bernama koi no taki-nobori ( 鯉の滝登り). Mungkin kearifan ini disingkat menjadi koinobori (鯉のぼり), sebuah istilah kontemporer untuk bendera ikan mas yang ikonik. Dalam tradisi Jepang, ikan mas sering digunakan sebagai simbol keberanian, kekuatan, dan kemakmuran.

Ikan mas terbesar pada bendera koinobori, biasanya berwarna hitam, melambangkan ayah dan disebut magoi 真鯉. Ikan mas merah melambangkan ibu atau higoi ( 緋鯉), sementara ikan mas terakhir (umumnya berwarna biru) melambangkan anak laki-laki, dengan tambahan ikan mas lain untuk setiap saudara kandung yang lebih muda.