Dieng – Nama Hiroaki Kato muncul di industri musik Indonesia sebagai salah satu ikon yang berbeda dibanding musisi bergenre Jepang lainnya. Merintis karir sebagai musisi jalanan dari Jepang, Hiro, sapaan akrab Hiroaki Kato, muncul dengan membawakan lagu-lagu yang sempat menjadi hits di Indonesia pada era tahun 2000-an dan mengalih bahasakan-nya ke dalam bahasa Jepang.
Ditemani segelas kopi hitam, tim Japanese Station berhasil mewawancarai Hiroaki Kato, beberapa jam sebelum Hiro manggung di Dieng Culture Festival 2018 dan menjadikan dirinya sebagai musisi Jepang pertama yang berhasil tampil di salah satu panggung festival budaya tahunan di Indonesia ini.
Sempat ngobrol sekitar 45 menit bersama Hiro, tim Japanese Station membicarakan banyak hal, mulai dari antusiasme Hiro saat akan manggung dalam suhu di bawah 5 derajat celcius, Asian Games, Bhineka Tunggal Ika, hingga perjalanan karir musiknya di Indonesia. Ingin tahu apa saja obrolan tim Japanese Station bareng Hiro? Simak hasil wawancaranya berikut ini:
Jadi kan Hiro kan baru pertama nih manggung di acara Dieng Culture Festival, seberapa antusias sih?
Sebenarnya, kalau ke Dieng sudah dua kali. Yang pertama waktu itu tahun 2014. Saat itu, aku masih pegang acara jalan-jalan di sebuah stasiun TV, namanya Indonesia Banget. Waktu itu, aku juga sempet liputan acara festival ini dan malemnya sempat nonton Jazz Atas Awan.
Dan ya, tahun 2014 aku masih belum punya album musik, dan belum punya single sama sekali. Sebenarnya, aku berharap suatu saat bisa main di Jazz Atas Awan. Dan akhirnya, tahun ini, setelah empat tahun berlalu, terwujud impian aku waktu itu. Jadi, seneng banget sih, dan dreams come true. Empat tahun lalu nggak nyangka, bisa berdiri di panggung yang spektakuler kayak gini.
Di panggung Jazz Atas Awan tahun ini, ada banyak musisi juga yang akan tampil. Apa yang bikin kamu beda dari mereka?
Ya, pastinya aku akan nyanyi dalam tiga bahasa, Indonesia, Inggris, dan Jepang. Ini yang jadi salah satu ciri khas aku. Di beberapa lagu, aku juga sering meng-cover beberapa lagu Indonesia, tapi liriknya di-Jepang-kan. Selain itu, sejak Maret 2017, aku sudah memiliki beberapa lagu original. Jadi, yah, kombinasi antara lagu cover, original, dan tiga bahasa ini yang aku bawain di Dieng Culture Festival.
Saat ini, Dieng sedang bersuhu di bawah rata-rata, bahkan sampai minus 5 derajat celcius. Kamu punya persiapan khusus buat manggung nggak?
Nah, ada untungnya saya tinggal di Jepang. Di Jepang kan ada musim dingin, dan suhunya ya kira-kira seperti ini, dari nol sampai sepuluh derajat celcius. Biasanya itu ada di Bulan Desember sampai Januari. Di awal karier musik saya di Jepang, saya nyanyi di jalan, kayak street musician. Dan pas winter pun waktu itu saya tetap nyanyi di jalan pas suhunya juga sampai 3 derajat. Jadi, secara mental maupun fisik sebenarnya sudah biasa dengan kondisi suhu seperti ini. Malah sebenarnya staff, crew, dan pemain musik saya yang kedinginan. Hehehe. Tapi saya sendiri siap.
Nanti, aku akan bawa kurang lebih tujuh lagu. Salah satunya adalah official theme song Asian Games 2018 yang Bright as The Sun.
Nah, ngomongin Asian Games, kok bisa kamu meng-cover official theme song? Bisa diceritain nggak?
Awalnya ada request dari panitia Asian Games. Jadi, waktu itu mereka kabarin kita, nanya bisa nggak bikin versi Jepang untuk lagu Bright as The Sun. Dan waktu itu, aku sempat liat cover-an dari Korea dan Thailand yang lumayan banyak sekali views-nya di YouTube.
Pertama sebenarnya aku kaget, karena ternyata panitia Asian Games nggak memilih influencers, karena saya kan bukan influencers ya. Tapi mereka sebelumnya udah tau Hiroaki Kato dan mereka minta aku untuk translate dan nyanyi juga lagu itu. Jujur, sangat seneng dan langsung bilang oke.
Setelah kamu rilis Bright As The Sun versi Jepang, gimana antusiasme orang Jepang dengerin theme song Asian Games ini?
Banyak banget responnya. Salah satu yang aku tahu dari pemain sepak takraw Timnas Jepang. Dia senior saya waktu di SMA dulu. Dia bilang, mereka sudah muterin lagu ini sambil latihan sepak takraw di Jepang. Selain itu, ada juga dari salah satu pendukung badminton timnas Jepang, mereka pakai lagu ini buat backsound video mereka.
Nggak cuma itu sih. Sebenarnya, setelah kita rilis lagu, kita juga sebarin rilis juga kalau Hiroaki Kato bakal nyanyi themesong Asian Games versi Jepang ke beberapa media di Jepang. Dan responnya, beberapa radio dan TV berminat muterin lagu itu, apalagi juga sudah menjelang momen Asian Games.
Setelah dengerin lagu yang versi Jepang, respon dari orang Jepang sih rata-rata suka sama lagunya. Lirik dan melodinya juga sangat bisa kasih semangat ke orang-orang yang dengerin. Rata-rata positif banget responnya.
Ngomongin Asian Games nih, kira-kira optimis nggak Jepang bakal bawa banyak medali tahun ini?
Wooohohoho.... Em... yaaaa... mungkin bisa. Cuma Asian Games buat timnas Jepang kayak uji coba juga untuk pemain-pemain yang bakal masuk ke olimpiade. Sebenarnya seleksi juga. Tapi, gara-gara kita juga akan jadi tuan rumah olimpiade Tokyo 2020, rata-rata semua olah raga nggak ada kualifikasi untuk masuk olimpiade. Biasanya, Asian Games jadi salah satu cara buat seleksi para pemain timnas di Jepang. Jadi, ya, semoga bagus permainan pemain Jepang di Asian Games nanti.
Bakal jadwalin nonton Asian Games nggak nih?
Ya pasti dong, karena kita juga udah ada job manggung di Palembang dari tanggal 19 – 22 Agustus nanti. jadi mungkin sempet nonton beberapa pertandingan di Palembang. Dan aku rencanakan juga mau nonton silat di taman mini. Karena ada pemain orang Jepang yang ikut Asian Games silat, salah satu temanku.
Kalo suatu saat, di cabang olah raga manapun, Indonesia ketemu Jepang, kamu bakal bela yang mana?
Haduh, susah banget. Em... pasti aku dukung dua - duanya. Mungkin face paintingnya setengah-setengah, kanan di Jepang kiri di Indonesia. Jersey-nya juga setengah-setengah, bikinnya juga spesial, dan aku harus duduk di tengah. hehehe
Ini tahun kelima kamu berkarya di musik, kira-kira selama lima tahun berkarya ada nggak hal yang unik yang ditemui di Indonesia?
Selama hampir lima tahun ini, pasti banyak suka dukanya juga. Terutama, dua tahun awal, setelah pindah ke sini, tahun 2014, 2015, 2016, aku nggak bisa keluarin single satupun. Jadi aku pengen masuk ke dunia musik tapi nggak bisa karena belum punya nama dan mungkin lingkungan atau network saya belum cukup untuk bermusik. Jadi selama tiga tahun awal, saya banyak di TV atau di MC.
Tapi berkat TV, radio, dan MC, juga, akhirnya nama saya mulai naik. Sampai tahun 2017, aku baru bisa keluarin album. Jadi setelah ada album, fokusnya udah berubah ke dunia musik. Dan ada juga sih, sekali2 jadi talent di TV atau MC. Tapi sekarang aku lebih pilih fokus ke musik.
Awalnya, single pertama orang-orang nggak tau Hiroaki Kato sebagai musisi juga kan. jadi keluarin video klip, ya sedikit juga yang nonton. Jadi, awal karir selalu susah. Aku sudah ciptakan lagu terbaik untuk orang-orang yang mau denger, tapi mereka malah nggak tau aku keluarin single. Jadi, berkat teman-teman media juga yang nyebarin info-info tentang aku, akhirnya banyak yang suka.
Dan turning point buat karir musik aku memang waktu aku keluarin lagu Ruang Rindu. Jadi, setelah ada Ruang Rindu, banyak yang sudah tau nama Hiroaki Kato lewat lagu Ruang Rindu yang versi Jepang itu. Dan banyak media juga yang liput video klip. Ternyata banyak yang kangen juga ya sama lagu itu, dan kangen Letto juga, sekarang di depan kita nanti tampil di Dieng.
Setelah cover dan translate lagu Ruang Rindu, akhirnya sempet booming, dan video klipnya sampai 1 juta viewers lebih, bahkan menuju 2 juta. Semuanya berkat lagu Ruang Rindu sih. Setelah itu banyak yang menikmati laguku, mulai dari spotify, joox juga, tapi sebelum ada Ruang Rindu sih agak susah. Usaha keras nggak akan mengkhianati ya.
Dari sekian banyak lagunya Letto, kenapa kamu milih Ruang Rindu untuk ditranslate ke Bahasa Jepang?
Karena pertama kali aku ketemu Letto, tahun 2006, waktu itu masih kuliah di UGM sebagai exchange student. Tahun itu sempet booming 3 band di Indonesia, yaitu Samsons, Nidji,sama Letto. Kebetulan temen-temenku nawarin tiga-tiganya. Tapi aku sukanya Letto waktu itu, dari musiknya, sama liriknya. Tapi tahun 2006 kemampuan bahasa Indonesiaku belum begitu tinggi jadi nggak bisa paham semua makna lirik dari lagu-lagu letto.
Tapi aku suka banget dan setiap Letto manggung di Jogja, aku selalu dateng dan ada di baris pertama di depan. Jadi die hard fans. Sampai akhirnya aku bisa kenal sama vokalisnya Letto, Noe, dan kawan-kawan dan aku sering main ke studio.
Di awal dulu, aku sempet kepikiran mau translate lagu. Dari 10 lagu yang ada di dalam album pertamanya Letto, awalnya aku pengen translate lagu Sampai Nanti Sampai Mati, tapi itu agak susah. Menurut aku filosofinya lebih masuk Ruang Rindu daripada Sampai Nanti Sampai Mati ke orang Jepang. Karena orang Jepang kan suka lirik yang puitis. Sampai Nanti Sampai Mati kalau dibanding Ruang Rindu lebih straight dan langsung makna liriknya. Ruang Rindu lebih puitis, jadi aku lebih memilih Ruang Rindu untuk di-translate. Sebenernya, banyak banget lagu yang bagus di albumnya Letto, kayak Sebelum Cahaya juga bagus. Tapi ya waktu itu akhirnya milih Ruang Rindu.
Dan pas aku ngobrol sama Noe, dia bilang Ruang Rindu adalah lagu yang paling diterima masyarakat. Dia bikin buat menceritakan tentang diri sendiri dan Tuhan, dan sangat high context.
Kurang lebih, kamu sudah enam tahun berkarir di Indonesia, ada nggak budaya di Indonesia yang menurut kamu unik dan nggak ada di luar indonesia?
Banyak sih. Kalian sangat beraneka ragam. Masing-masing tempat punya culture sendiri, seni sendiri, itu sangat menarik. Beda pulau beda adat, beda budaya. Dari sisi musik juga beda pulau beda alat musik. Jadi sangat menarik, dan juga ada bahasanya juga beda, sukunya juga beda. Kok bisa sih itu ada di satu negara.
Selain itu, aku juga sangat suka slogan kalian yang "Bhinneka tunggal ika". Jadi semoga kalian juga bisa bangga dengan slogan itu terhadap kondisi dunia yang lagi banyak masalah dan konflik.
Aku selalu merasa indonesia bisa jadi salah satu contoh untuk perdamaian dunia. Karena banyak suku, agama, budaya, adat, tapi bisa tetap bersatu dengan konsep yang sama, Bhinneka tunggal ika. Jadi semoga untuk ke depannya Indonesia tidak menghilangkan slogan ini. Dan aku pengen liat sih nasib kalian untuk masa depannya. Semoga ekonominya semakin tumbuh, em... ada banyak pengaruh dari internet apakah kalian masih bisa bertahhan dengan situasi seperti ini yang sangat indah dan bahagia.
Terakhir nih, ada nggak lagu daerah di Indonesia yang pengen kamu cover?
Sampai sekarang belum sih. Tapi aku sempet main bareng sama band keroncong. Keroncong bagiku sangat menarik. Kemarin pertama kali aku nyanyi bareng keroncong di Kampung Tugu, Jakarta. Rencananya, kita akan main bareng di festival Indonesia yang ada di Tokyo. Sayangnya hari pertama dibatalkan gara-gara tragedi taifun, dan di hari kedua kita nggak sempet main bareng lagi.
Tapi sempet latihan bareng di Kampung Tugu, sangat menarik banget. jadi untuk ke depannya aku pengen main lagi bareng mereka, untuk aransemen lagu-laguku, atau belajar lagu-lagu keroncong bareng mereka.
(All images: (c) Japanese Station/ Dyama K.)