Nama Studio Ghibli sebagai produsen animasi terkemuka di Jepang tidak perlu ditanyakan lagi. Berbagai karyanya mampu menyedot perhatian penggemar film animasi seluruh dunia.
Bahkan, karya-karya yang ditelurkan oleh Studio Ghibli banyak yang meraih penghargaan, baik itu di Jepang sendiri hingga berada di pentas Academy Awards.
Kualitas Studio Ghibli yang tak terbantahkan, tak lepas dari peran Hayao Miyazaki dan Isao Takahata selaku pendiri sekaligus sutradara di beberapa filmnya.
Belum lama ini, Studio Ghibli merilis film bertajuk When Marnie Was There yang diarahkan oleh Hiromasa Yonebayashi, salah satu sutradara yang tergolong cukup muda di studio tersebut.
Apa sajakah film animasi terbaik yang pernah ditelurkan oleh Studio Ghibli? Berikut enam judul yang sangat layak ditonton oleh para penggemar film. Grave of Fireflies (1988)
Berjudul asli Hotaru no haka, ini merupakan film kedua Studio Ghibli setelah Castle in the Sky (1986). `Grave of Fireflies` merupakan karya pertama arahan sutradara Isao Takahata dengan menyuguhkan unsur drama yang pasti meneteskan air mata. Tema film ini diangkat dari novel semi biografi berjudul Hotaru no haka (1967) karya Akiyuki Nosaka. Kisahnya bertempat di Kobe, Jepang pada era Perang Dunia II dan menyorot anak laki-laki 14 tahun dan adik perempuannya yang harus bertahan hidup di masa kacau itu. My Neighbor Totoro (1988)
Memiliki judul asli Tonari no Totoro, film ini mengetengahkan kakak-beradik perempuan yang pindah ke pedesaan bersama ayahnya karena sang ibu dirawat di rumah sakit setempat. Mengambil masa tahun 1958, film ini lalu dihiasi dengan makhluk-makhluk aneh hingga dua anak kakak-beradik itu bertemu sosok raksasa lucu yang mereka sebut Totoro. `My Neighbor Totoro` merupakan film ketiga Studio Ghibli yang kembali diarahkan oleh Hayao Miyazaki setelah `Castle in the Sky`. Film ini meraih penghargaan Anime Grand Prix dan Mainichi Film Award untuk kategori Best Film pada 1988. Hal menarik dalam film ini adalah banyaknya hal-hal ajaib, indah, dan menyenangkan yang dialami dua tokoh utamanya selama berteman dengan Totoro.
Princess Mononoke (1997)
Film berjudul asli Mononoke-hime ini bertempat di era Muromachi, yaitu sekitar tahun 1337 hingga 1573. Hayao Miyazaki didaulat sebagai sutradaranya. Kisahnya sendiri mengetengahkan seorang pangeran yang terkena sebuah kutukan setelah menaklukkan sesosok iblis yang menyerang desanya. Akhirnya, sang pangeran pun mencari cara untuk menghilangkan kutukan dengan berkelana ke wilayah barat. Berbagai rintangan dilalui hingga ia bertemu dengan San, wanita yang tumbuh bersama komunitas serigala. Banyak penghargaan bergengsi yang diraih oleh `Princess Mononoke` seperti Mainichi Film Award hingga Japan Academy Prize. Film ini juga nyaris dinominasikan ke dalam ajang Academy Awards. `Princess Mononoke` banyak memperlihatkan adegan aksi dan pertempuran yang dirasa sangat jarang ditemui di film-film Studio Ghibli lainnya. Mendiang kritikus film Roger Ebert menyebut film ini "Star Wars-nya Jepang." Spirited Away (2001)
Memiliki judul asli Sen to Chihiro no Kamikakushi, film ini merupakan karya Studio Ghibli yang paling sukses hingga memenangkan penghargaan di ajang nasional dan internasional. Sebut saja Japan Academy Award, Berlin International Film Festival, Cinekid Festival, Hong Kong Film Awards, hingga Academy Awards. `Spirited Away` kembali disutradarai oleh Hayao Miyazaki. Studio Walt Disney Pictures membeli hak edar dan mengawasi penerjemahan film ini ke dalam bahasa Inggris. Kisah dalam `Spirited Away` berfokus pada seorang anak perempuan yang terjun ke dunia arwah setelah melihat orangtuanya berubah menjadi babi. Ia lalu berteman dengan banyak makhluk halus yang memiliki kehidupan layaknya manusia. Sang gadis lalu bertemu dengan seekor naga yang ternyata bisa menjelma sebagai anak laki-laki. Hayao Miyazaki dan Studio Ghibli sukses membuat dunia arwah yang biasanya digambarkan mengerikan, malah menjadi lucu dan indah berkat `Spirited Away`. Howl’s Moving Castle (2004)
Berjudul asli Hauru no Ugoku Shiro, kata Howl di judul film ini merupakan nama sang tokoh utama pria yang merupakan seorang penyihir. Meskipun Howl dimasukkan menjadi sebuah judul, namun karakter utama film ini adalah seorang gadis berusia 18 tahun. Dikisahkan, sang gadis lalu menjadi nenek-nenek karena suatu kutukan yang diyakininya merupakan ulah Howl. Akhirnya ia pun mengusik kehidupan Howl dengan masuk ke dalam istananya. Film arahan Hayao Miyazaki ini diambil dari novel Inggris Howl's Moving Castle karya Diana Wynne Jones dan meraih banyak penghargaan seperti Venice Film Festival, Mainichi Film Awards, dan nominasi Academy Awards. Banyak unsur unik dalam film ini yang membuat penonton merasakan nuansa fantasi ala Harry Potter maupun The Wizard of Oz, namun dengan konsep lebih sederhana. The Wind Rises (2013)
Di Jepang, film berjudul asli Kaze Tachinu ini mendapat cukup banyak kritik baik dari partai politik liberal maupun gerakan sayap kiri. Film ini juga diprotes kelompok anti rokok karena banyaknya adegan karakter yang sedang merokok. `The Wind Rises` mengetengahkan biografi seorang mendiang Jiro Horikoshi yang sukses mendesain pesawat Mitsubishi A5M dan Mitsubishi A6M Zero untuk digunakan oleh kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II. Film terakhir arahan Hayao Miyazaki ini, diambil dari manga karya sang sutradara yang terinspirasi dari cerita pendek rilisan 1937 bertajuk The Wind Has Risen karya Tatsuo Hori. `The Wind Rises` hanya meraih nominasi Academy Award untuk kategori Best Animated Feature dan Golden Globe Award untuk Best Foreign Language Film. Namun film ini memenangkan Japan Academy Prize untuk Animation of the Year. Dalam film `The Wind Rises`, banyak keindahan visual yang disajikan sepanjang film berjalan, terutama suasana perkotaan Jepang di era Perang Dunia serta detail rancangan pesawat yang mendekati aslinya. Kisah cinta sang tokoh utama memberi bumbu drama tersendiri.