Berita Jepang | Japanesestation.com

Tsunotsuki adalah acara tradisional Jepang dengan sejarah ribuan tahun yang berdasarkan filosofi agama Shinto. Berbeda dengan pertarungan klasik banteng melawan matador yang biasa kita lihat di Spanyol, Tsunotsuki mempertemukan dua ekor banteng yang beratnya dapat mencapai satu ton untuk saling bertarung agar dapat menentukan mana yang lebih kuat dan terampil.

Desa Yamakoshi yang berada di prefektur Niigata ini merupakan rumah bagi satu-satunya warisan stadion terdaftar untuk Tsunotsuki. Tradisi yang sudah lama berdiri sejak zaman Edo ini merupakan aset budaya dan telah ditetapkan menjadi "National Important Intangible Folk Cultural Properties" oleh pemerintah Jepang.

lvaurich_15 lvaurich_4Dilansir dari beberapa media sumber, Tsunotsuki telah diberikan status ritual keagamaan Shinto sebagai bentuk dedikasi untuk kuil desa dan dikenal sebagai adu banteng yang tidak menentukan menang atau kalah. Pertarungan dianggap sebagai ujian semangat juang banteng. Terlepas dari semua itu, kunci dari Tsunotsuki adalah bagaimana menjadikan sebuah pertandingan berakhir imbang saat salah satu banteng sudah mulai unjuk kekuatan atau ketika gerakan mereka terhenti.

lvaurich_6 lvaurich_12Jalannya pertandingan diawasi oleh para pria yang disebut "Seko". Saat pertarungan sudah tampak harus dihentikan, master Seko menginstruksikan yang lain untuk beraksi. Mereka akan menarik kedua banteng secara terpisah dengan menggunakan tali yang diikat di kaki belakang dan melalui hidung yang merupakan titik lemah banteng. Kemudian, mereka menuntun banteng untuk menenangkan diri sementara para penonton bertepuk tangan. Penting untuk dicatat bahwa jika salah satu banteng terluka atau terjatuh itu dianggap sebagai kerugian besar.

lvaurich_8 lvaurich_5Acara tradisional ini biasanya diadakan pada bulan Mei dan November. Tertarik untuk menyaksikan secara langsung? Yuk, simak dulu video di bawah ini biar gak penasaran!

(Text by: rynrd / all images by Luke Van Aurich)