Berita Jepang | Japanesestation.com

Kehidupan para tunawisma di Jepang cukup jarang diungkap yang membuat mereka seolah tak terlihat. Meski tak memiliki tempat tinggal, sebagian besar dari mereka masih bisa memiliki penghasilan. Salah satunya adalah Makoto Kotani, seorang pria tunawisma yang menawarkan jasa unik berupa menyewakan dirinya dengan biaya sewa 50 yen per hari. Dengan 50 yen, Kotani akan menerima tawaran pekerjaan apa pun, namun ia tidak ingin melakukan sesuatu yang akan membuat orang lain merasa tidak enak, atau merasa buruk, dan lebih memilih tawaran pekerjaan yang tidak menimbulkan masalah bagi seseorang selama menyenangkan dan dapat membantu seseorang.

Seperti dikutip dari tofugu.com, Kotani sendiri sebelumnya bukan seorang tunawisma dan bercita-cita menjadi seorang komedian. Ia pernah tinggal di suatu apartemen dengan harga sewa 40.000 yen per bulan bersama temannya yang membentuk grup komedi manzai dengannya. Namun karena Kotani pada waktu itu tidak bisa menjaga kebersihan apartemen mereka, dan lupa membayar sewa, walau telah meminta maaf tapi temannya itu menyarankan agar ia menjadi tunawisma agar hidupnya menjadi lebih baik. Grup manzai mereka pun akhirnya harus bubar.

Pada beberapa bulan pertama kehidupannya sebagai tunawisma, Kotani menghabiskan hari-harinya di jalanan dan menuliskan pengalamannya yang sulit di Twitter lewat telepon genggamnya. Ia juga telah mencoba mendapatkan pekerjaan paruh waktu, namun proses wawancaranya tidak berjalan dengan baik. Teman satu grupnya itu kemudian menyarankan agar Kotani menjual diri seharga 50 yen per hari.

Walau awalnya merasa ragu dan tetap akan membantu seseorang karena memang tak memiliki uang, Kotani memperhatikan sesuatu hal yang menarik, yaitu seseorang akan merasa bersalah karena menyewanya hanya dengan harga 50 yen, sehingga "pelanggannya" itu akan membelikannya makanan, dan kadang menawarkan sofa atau lantai untuk tidur, dan untuk itu Kotani akan membalasnya dengan melakukan sesuatu untuk mereka.

Pelanggannya juga ada yang menanggung biaya wi-fi untuk telepon genggamnya, dan bahkan ada seorang desainer yang membuatkannya pakaian, sehingga biaya kehidupannya telah ditanggung dan ia cukup mengatakan "terima kasih." Tapi Kotani tidak bermalas-malasan, seperti jasa yang ditawarkannya, ia akan melakukan apapun untuk membalas kebaikan kliennya. Ia telah melakukan berbagai pekerjaan, dari sekedar menjadi teman minum hingga pernah menjadi model untuk gambar sketsa telanjang.

Biaya sewa jasanya yang cukup murah memang terlihat seperti tidak masuk akal. Tapi untuk menggunakan jasanya, seorang klien tentunya akan membayar makanan serta ongkos transportasi untuk menuju ke lokasi pertemuan mereka, dan bukan hanya tiket kereta api atau kereta bawah tanah, tapi ada juga kliennya yang membelikannya tiket pesawat.

Meski menjadi tunawisma di Jepang, Kotani telah berkelana ke luar negeri untuk melakukan berbagai pekerjaan unik dari kliennya seperti mengantri di perilisan sepatu sneakers edisi terbatas di China, lalu ke Taiwan hanya untuk memeriksa keadaan teman dari kliennya, dan juga ke Korea untuk memeriksa cuaca di sana, serta ke Vietnam demi membandingkan perbedaan kelembaban udara antara Jepang dan Vietnam.

Kotani juga bahkan telah menikah dengan seorang kliennya, yang pertama bertemu saat menyewa jasanya untuk menemaninya melakukan permainan tag, permainan mengejar dan menyentuh pemain lainnya dengan tangan. Meski tidak memiliki rumah dan uang, Kotani mampu menjalani kehidupan yang sukses berkat persahabatannya melalui jasa sewa tunawisma yang dijalankannya, bahkan memiliki ribuan penggemar yang memujanya. Benar-benar tunawisma yang beruntung.