Berita Jepang | Japanesestation.com

Jepang merupakan salah satu negara yang dikenal relatif aman, bahkan bagi wanita untuk berjalan sendiri di malam hari. Meski demikian, reputasi tersebut sedikit ternoda karena kasus pelecehan seksual dengan meraba-raba bagian tubuh perempuan atau yang dikenal dengan istilah Chikan kembali terjadi di Jepang, kali ini disertai sebuah tindak pidana perampokan. Korbannya merupakan seorang perempuan berusia 30-an yang hendak pulang ke rumahnya pada dini hari. Ia dirampok di salah satu jalan di Kota Toda, prefekture Saitama.

Akibat kejadian tersebut, laporan media lokal TBS News pada tanggal 1 April kemarin, menyebut jika Polisi Prefektur Saitama telah melakukan penyelidikan terhadap kasus seorang wanita yang dilecehkan dan dirampok di Kota Toda, pada Minggu dini hari. Sekitar pukul 1 pagi, seorang pelaku yang tidak diketahui datang dari belakang korban, di trotoar yang terletak di depan sungai di daerah Bijogi dan memeluk sambil meremas payudaranya.

Setelah wanita itu menahan badan tersangka, tersangka kemudia mengambil tas bahunya, yang berisi uang tunai sebesar 80.000 yen, dan melarikan diri dari tempat kejadian perkara. Menurut pihak kepolisian setempat, perempuan tersebut tidak mengalami luka-luka dalam insiden itu, dan pelaku diyakini merupakan pria berusia sekitar 30-an tahun. Polisi juga menyebut jika tersangka memiliki tinggi sekitar 175 sentimeter, rambut hitam panjang, dan mengenakan jaket khaki dan celana berwarna krem saat kejadian.

Polisi saat ini tengah memeriksa rekaman kamera - kamera keamanan di dekat lokasi kejadian tersebut dalam upaya mengidentifikasi sang tersangka yang dicurigai telah melakukan tindakan tidak senonoh dan perampokan terhadap seorang perempuan.

Belum lama ini, akibat tidakan chikan direktur talent agency Miami Kato Production ditangkap dan guru pria ditahan karena telah melakukan pelecehan seksual terhadap siswa di kereta. Kasus chikan memang jadi masalah yang cukup besar di negara ini, seorang wanita bernama Kumi Saki bahkan hingga menerbitkan sebuah buku tentang pengalaman traumatisnya jadi korban chikan sejak usia 12 hingga 18 tahun.