Berita Jepang | Japanesestation.com

Seorang pria berusia 49 tahun di Jepang gagal dalam usaha pertamanya untuk memberikan obat tidur dan melecehkan seorang anak perempuan kenalannya. Kegagalannya tersebut menuntunnya kepada internet dan mulai melakukan pencarian untuk menyempurnakan rencananya. Di Internet, dia menemukan sejumlah besar informasi tentang resep pil tidur yang berasal tidak hanya dari komunitas medis tapi juga dari pemangsa seksual seperti dirinya. Dia pun tidak mendapatkan masalah saat membeli obat-obatan tersebut.

"Saya tidak kesulitan mendapatkan resep setiap kali saya mengeluh ke dokter," kata pria tersebut tentang obat tidur yang mulai dia pakai sekitar 10 tahun yang lalu karena insomnia.

Lebih dari dua tahun yang lalu, dia mencampur obat tersebut ke dalam air soda dan menawarkannya kepada anak perempuan dari kenalannya yang masih duduk di bangku SMP. Tapi obat itu tidak menyebabkan dia kehilangan kesadaran. Setelah mendapatkan informasi online tentang pil tidur yang "sangat efektif", dia kembali membius gadis itu dan melecehkannya setelah dia tertidur.

Dia mengulangi tindakan tersebut dengan menambahkannya ke sup, soda melon, dan minuman lainnya. Dia juga memotret korban dengan smartphone-nya. Gadis itu tidak tahu apa yang terjadi selama serangan tersebut terjadi. Sekitar satu setengah tahun setelah serangan pertama, dia mulai berlanggannan papan buletin online tempat para pelaku pelecehan membagikan akun mereka tentang serangan seksual yang melibatkan obat tidur.Peringatan pemerintah yang menggambarkan korban pil tidur malah memberi ide kepada mereka.

Kejahatan Menggunakan Pil Tidur Meningkat Signifikan di Jepang
(image : Asahi News)

Pria itu segera menceritakan pengalamannya dan berbagi gambar cabul di portal tersebut. Aktivitas online itu menyebabkannya tertangkap pada bulan April 2017. Sebuah pengadilan di wilayah Kanto menghukum pria yang pernah menjadi pemilik perusahaan tersebut, empat tahun penjara pada bulan Agustus lalu. Dia dihukum karena melakukan "serangan tidak senonoh" terhadap korban, dimana korban tidak dapat memberikan perlawanan di bawah pengaruh obat yang telah dimasukkan ke dalam minumannya.

Dia mengatakan bahwa dia memiliki sekitar 100 tablet saat dia mulai membius gadis itu. Saat ditangkap, hanya 15 tablet saja yang tersisa. "Saya ingin berhenti, tapi saya tidak bisa," katanya. Pria tersebut berencana menjalani program rehabilitasi untuk kecanduan seks. Dia juga mengajukan banding atas hukumannya.

Pencarian di Internet menghasilkan banyak informasi tentang obat tidur yang menawarkan tips tentang cara mendapatkan resep dan cara mengelabui target untuk mengonsumsinya. Situs lain menjelaskan secara rinci bagaimana setiap obat tidur bekerja. Menurut petugas medis yang berpengalaman dalam bahan kimia farmasi, sebagian besar obat yang digunakan dalam serangan seksual di Jepang adalah obat resep. Dokter biasanya tidak punya pilihan selain meresepkan obat tidur atau obat penenang lainnya saat pasien mengeluhkan insomnia atau masalah terkait.

Yukiko Tsunoda, seorang pengacara yang menangani banyak kasus kejahatan seks, menggarisbawahi pentingnya mendidik masyarakat tentang potensi bahaya ditipu untuk mengkonsumsi pil tidur yang digunakan dalam serangan seksual.

"Semakin banyak kejahatan seks yang melibatkan obat ini terjadi karena orang awam dibiarkan tak berdaya sementara pelaku memiliki akses mudah terhadap informasi online tentang obat-obatan terlarang," katanya. "Semua orang, termasuk polisi dan staf rumah sakit, harus dididik dengan benar mengenai masalah ini."

Kemajuan mengenai masalah ini perlahan maju ke titik terang.

(featured image : Youtube)