Berita Jepang | Japanesestation.com

Jepang mengalami penurunan populasi dimana jumlah kelahiran lebih sedikit dibandingkan jumlah kematian. Ditengarai bahwa hal ini disebabkan oleh para generasi muda yang enggan melepas status jomblo dan juga mereka yang tidak ingin menikah. Berbagai alasan seperti mencintai pekerjaan, menjadi salah satu penyebab mereka bertahan dengan status lajangnya.

Hampir setengah dari pria dan wanita muda berstatus lajang di Jepang, masih perawan. Hingga 70 persen generasi milennial di sana tidak memiliki hubungan khusus namun mereka masih memiliki keinginan menikah pada satu hari nanti. Di negara yang tingkat kelahirannya menurun, berbagai hal mulai dari anime hingga majalah porno serta wanita yang tidak menarik pun dianggap sebagai penyebabnya.

Sekitar 60 persen wanita muda berusia 18-34 tahun di Jepang mengaku jomblo. Sedangkan pria mencapai angka 70 persen. Bahkan diantara mereka banyak yang tidak pernah berhubungan tubuh. Faktanya menurut survei pada tahun 2105, sekitar 44 persen wanita yang tidak menikah dan 42 persen pria yang tidak menikah mengakui bahwa mereka adalah perawan/perjaka.

Pemerintah pun menyadari bahwa populasi di Jepang menyusut.

Pada tahun 2017, jumlah kelahiran jatuh ke titik terendah sejak pencatatan dimulai lebih dari satu abad yang lalu, menghasilkan penurunan populasi alam terbesar yang pernah ada yaitu sebanyak 403.000, jumlah yang cukup besar di negara yang mencapai 12,7 juta warga negara.

Anggota parlemen Partai Demokrat Liberal Jepang Kato Kanji awal tahun ini berkomentar bahwa perempuan harus memiliki banyak anak, menyiratkan perempuan lajang adalah beban negara. Meskipun begitu, 85% diantara mereka mengaku bahwa ingin menikah dan berkeluarga di masa yang akan datang.

(featured image: HuffPost)