Berita Jepang | Japanesestation.com

Angin resesi masih berhembus di Negeri Sakura. Perekonomian Jepang sedang dalam zona merah. Meski demikian, beberapa orang tetap bisa hidup nyaman karena kekayaan mereka.

Jepang Resesi, Ini 10 Orang Terkaya di Sana
Ilustrasi lambang mata uang yen, dolar, euro. (Reuters)

 Nah, berikut ini, VIVAnews akan menghadirkan 10 orang terkaya di Jepang. Versi ini diambil dari laman therichest. Konversi kekayaan ke rupiah, berpatok pada kurs Rp 12 ribu per US$ 1. Urutannya, kami balik dari nomor besar. 10. Masatoshi Ito, kekayaan: US$ 2,8 miliar (Rp 33,6 triliun) Masatoshi Ito adalah pendiri Ito-Yokado, perusahaan jaringan ritel terbesar kedua di dunia. Perusahaannya mengontrol lebih dari 10 ribu gerai 7-Eleven di Jepang, dan 5.800 gerai di Amerika. Selain itu, perusahaan ini juga bergerak di bidang restoran dan pusat perbelanjaan. Dia memiliki hak waralaba untuk Oshman's (peralatan olah raga), Denny's (restoran), dan pusat perbelanjaan Robinson's di Jepang. Ito punya tiga anak. 9. Keiichiro Takahara, kekayaan: US$ 3,3 miliar (Rp 39,6 triliun) Usianya sekarang 82 tahun. Takahara merupakan pendiri Unicharm, perusahaan popok (diapers), pembalut wanita, dan perlengkapan pribadi lainnya. Anaknya, Takahisa telah menjadi chief executive di perusahaannya sejak 2001. Sejak pasar Tiongkok dibuka, perusahaan Takahara mulai merambah ke Asia Tenggara. Selain itu, dia juga membentuk perusahaan patungan (joint venture) dengan perusahaan hewan peliharaan (pet) di AS bernama Hartz. 8. Han Chang-U, kekayaan: US$ 3,4 miliar (Rp 39,8 triliun) Sebenarnya, dia adalah orang Korea. Dia diam-diam pindah ke Jepang pada 1945. Han berhasil memperoleh kependudukan istimewa dan masuk universitas. Dia dapat gelar sarjana ekonomi di tahun 1952. Setelah lulus, dia mengambil alih Pachinko, perusahaan game dari saudara iparnya. Kemudian, di 1972, dia mendirikan Maruhan Corporation, yang juga membuat mesin Pachinko. 7. Takemitsu Takizaki, kekayaan: US$ 4,7 miliar (Rp 56,4 triliun) Takemitsu memimpin perusahaan bernama Keyence, pemasok global untuk produk sensor, komponen elektrik untuk sistem automatisasi, pembaca barcode, microskop digital, laser dan sejenisnya. Perusahaannya tak memproduksi sendiri produknya. Keyence hanya berfokus pada riset dan pengembangan (R&D). Karyawan perusahaan ini bayarannya sangat mahal. Tetapi, Takemitsu tetap menaguk keuntungan atas keputusannya itu. 6. Akira Mori, kekayaan: US$ 5 miliar (Rp 60 triliun) Akira Mori merupakan Presiden dan CEO Mori Trust, pengembang real estate. Dia meneruskan perusahaan orangtuanya, yang didirikan tahun 1959, bernama Mori Building. Sebelum bergabung di perusahaan orangtuanya, selepas kuliah di Universitas Keio, Akira bekerja di Yasuda Trust and Banking selama 12 tahun. Dia bersama saudara lelakinya resmi mengambil alih perusahaan, setelah ayahnya meninggal pada 1993. Setelah saudaranya meninggal pada 1999, praktis Akira jadi pewaris tunggal perusahaan yang memiliki dan mengoperasikan lebih dari 100 gedung, termasuk hotel, perumahan, dan perkantoran. 5. Kunio Busujima, kekayaan: US$ 5,5 miliar (Rp 66 triliun) Kunio pendiri perusahaan Sankyo, merupakan salah satu perusahaan utama Jepang yang membuat dan menjual mesin pachinko. Kunio dipercaya sebagai orang terkaya kelima di Jepang. Saat ini, anak lelakinya yang menjalankan perusahaan. Usia Kunio sekarang 89 tahun. Bisnisnya kini merambah ke berbagai sektor. Dia memiliki empat anak dari pernikahannya. 4. Hiroshi Mikitani, kekayaan: US$ 6,4 miliar (Rp 76,8 triliun) Hiroshi merupakan co-founder dan CEO dari Rakuten, perusahaan e-commerce yang didirikan tahun 1997. Rakuten merupakan e-commerce terbesar di Jepang. Bahkan, sekarang sudah masuk ke negara lain, termasuk Indonesia. Hiroshi pernah bekerja di sektor perbankan di Jepang. Dia jadi orang nomor satu di Rakuten pada 2001 dan sekaligus Direktur Kobo, Inc. Menariknya, Mikitani membuat "englishization" di perusahaannya, mengharuskan berbahasa Inggris di perusahaan. Hal yang kurang jamak di Jepang. Dia sempat dapat banyak kritik, tetapi dia anggap berbahasa Inggris adalah kebutuhan. 3. Masayoshi Son, kekayaan: US$ 9,1 miliar (Rp 109 triliun)

Jepang Resesi, Ini 10 Orang Terkaya di Sana
Masayoshi Son, Founder SoftBank

Masayoshi adalah pendiri sekaligus CEO Softbank. Dia juga mengomandani para direktur di beberapa perusahaan, seperti Softbank Mobile dan Sprint Corporation. Tahun 2013, Forbes melabeli dirinya sebagai orang paling berpengaruh di dunia, urutan 45. Dia hijrah ke California, saat berusia 16 tahun dan belajar microchips dan ilmu komputer di University of California, Berkley. Tahun 1990, Masayoshi mengadopsi kewarganegaraan Jepang. 2. Nobutada Saji, kekayaan: US$ 10,7 miliar (Rp 128,4 miliar) Nobutada Saji adalah pimpinan tertinggi perusahaan Suntory Ltd, empat besar perusahaan makanan-minuman terbesar di Jepang. Tahun 2004 dia menjadi orang terkaya Jepang, tapi tahun 2012 dia turun peringkat dari daftar orang terkaya. Nobutada memegang gelar sarjana ekonomi dari Universitas Keio. Gelar MBA dia dapat dari UCLA Anderson School of Management. Dia menjadi presiden pada perusahaan kakeknya, Suntory Brewing pada 2001. Perusahaannya merupakan perusahaan utama di bidang minuman beralkohol dan non-alkohol. Januari kemarin, perusahaannya merger dengan perusahaan minuman, Beam senilai US$16 miliar. Suntory juga masuk Indonesia dengan bekerjasama dengan Garudafood, membuat perusahaan Suntory Garuda. 1. Tadashi Yanai, Kekayaan: US$ 15,5 miliar (Rp 186 miliar)

Jepang Resesi, Ini 10 Orang Terkaya di Sana
Tadashi Yanai, pemilik Fast Retailing

Tadashi merupakan merupakan pendiri dan presiden Fast Retailing, perusahaan induk ritel dan pemilik beberapa merek terkenal. Barangkali di Jakarta, Anda pernah membeli pakaian merek Uniqlo. Nah, itu milik Fast Retailing. Merek-merek lainnya, seperti Princesse Tam Tam, J Brand, Theory, PLST, Comptoir Des Cotonniers, GU, dan sebagainya. Produk-produk itu tersebar di Jepang, Tiongkok, Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan, USA, Jerman, Rusia, Perancis, Australia, dan beberapa negara lainnya. Tanai ditetapkan sebagai orang terkaya dunia nomor 35, versi Bloomberg. Dia memulai bisnisnya dari menjual peralatan dapur dan pakaian laki-laki. Sebelum mendirikan perusahaan sendiri, dia lebih dulu bekerja di toko jahit milik ayahnya.