Berita Jepang | Japanesestation.com

Puluhan ribu orang terlihat sedang berkumpul di Hiroshima, Jepang. Mereka datang untuk mengikuti upacara peringatan 69 tahun tragedi pemboman di kota itu.

Jepang Peringati Tragedi 69 Tahun Hiroshima
Masrayakat Hiroshima berkumpul di depan Peace Memorial Park. (Foto: Reuters)

Lonceng dibunyikan ketika para korban selamat pemboman, keluarga, penjabat pemerintah dan delegasi asing berkumpul untuk mengheningkan cipta pada pukul 08.15 pagi waktu setempat. Ya, ledakan bom atom itu membuat kota Hiroshima dan Nagasaki berubah menjadi neraka. Meski pada Rabu 6 Agustus waktu setempat mengalami hujan, hal itu sama sekali tidak mengurangi mereka untuk mengikuti acara ini. Mereka yang datang mengikuti peringatan ini menempatkan bunga-bunga di depan Peace Memorial Park, di pusat Kota Hiroshima. Wali Kota Hiroshima, Kazumi Matsui, yang menjadi salah satu korban selamat dalam insiden itu, mencoba menceritakan kenangan suram yang menimpanya kepada Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe dan Duta Besar Amerika Serikat di Jepang, Caroline Kennedy. Saat itu, Matsui yang masih berusia 15 tahun, mendengar suara-suara aneh setelah kejadian itu. Suara itu berujar “Tolong, minta air”. Korban selamat dari tragedi pemboman itu memang cukup banyak – dikenal dengan sebutan ‘hibakusha’ di Jepang – mereka masih menyelimuti rasa sedih yang sangat dalam sekali. “Tapi para korban selamat jarang membicarakan mengenai insiden itu karena pengalaman mengerikan itu,” kata Wali Kota Hiroshima itu, diberitakan The National News, Kamis (7/8/2014). Seorang pilot Amerika B-29 bernama Enola Gay, menjatuhkan sebuah bom atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, menjelang berakhirnya Perang Dunia Kedua. Tercatat, 140.000 orang menjadi korban dari pemboman itu. Tiga hari kemudian, giliran kota pelabuhan Nagasaki yang dibom membunuh 70.000 orang. Pada 15 Agustus 1945, Jepang memutuskan untuk menyerah dan peperangan berakhir. Sampai saat ini, sejumlah pendapat terkait perlunya dijatuhkan kedua bom atom itu masih berlangsung. Beberapa sejarawan mengungkapkan, jatuhnya bom mencegah lebih banyak korban dalam invasi darat yang direncanakan. Namun, seorang kritikus menganggap pemboman itu tidak perlu karena Jepang pada akhirnya akan menelan kekalahan.