Restoran sushi identik dengan conveyor belt – sushi bar berjalan. Mungkin kalian sudah pernah makan sushi di restoran seperti ini. Tapi pernahkah kalian makan sushi di restoran sushi yang tidak menyediakan conveyor belt? Ada juga restoran sushi lho seperti ini, dan kadang kala, tidak ada buku menu! Lalu bagaimana kalian bisa memilih sushi terbaik dengan budget yang sesuai dengan kantong kalian? Berikut tips memesan sushi like a boss, langsung dari sang sushi master chef! Sebutkan kisaran harga yang cocok buat dompetmu.

Ketika mengunjungi sebuah restoran sushi di Jepang, kalian dapat memilih untuk memesan paket sushi yang harganya sudah ditentukan, atau o-makase (rekomendasi chef. o-makase, artinya terserah anda). Tapi kalian juga bisa memberitahukan range harga yang kamu inginkan. “Banyak orang yang memesan o-makase ‘spesial’ atau ‘ekstra’, tapi ketika mereka menyebutkan harganya dan mengatakan ‘terserah anda’, saya jadi tahu apa yang mereka inginkan,” kata sang chef. Tentu saja mengatakan range harga yang ingin kamu keluarkan kepada sang chef bukanlah hal yang memalukan. Dengan cara seperti itu, sang chef dapat menyiapkan menu terbaik yang lezat dengan harga yang terjangkau. Dan dengan mengatakan hal ini, itu juga berarti kalian mengakui kemampuan dan pengalaman sang chef. Ini yang namanya win-win solution! “Berikan sushi yang enak hari ini!”

Sama seperti o-makase, mengatakan hidangkan yang segar hari ini kepada sang chef adalah tanda bahwa kalian adalah customer yang berkualitas. “Ketika saya mendengarnya, saya tahu saya tidak bisa melayani mereka dengan sesuatu yang agak ‘kurang’. Itu membuat saya nervous! Tapi tentu saja hal ini akan memudahkan pekerjaan saya, karena saya bisa menyajikan menu yang saya anggap terbaik dan fresh untuk disajikan hari ini.” Pertama kali, pesan nigiri yang paling murah

“Ketika seorang customer baru pertama kali datang sendirian dan memesan nami nigiri (menu pilihan paling murah dari sushi biasa), saya 100% yakin kalau mereka tahu apa yang mereka lakukan.” Rasanya mungkin terbalik, tapi memesan nami daripada jou atau tokujo yang lebih mahal, membuat kalian dinobatkan sebagai seorang sushi pro. “Kalau enak, kalian bisa lanjut memesan dan mencoba yang lebih mahal, dan jika tidak enak, kalian bisa minta bill-nya dan pergi ke tempat lain. Itulah yang biasa dilakukan para pengunjung yang berkeliling restoran sushi yang berbeda”. Masuk akal memang. Yang paling murah saja sudah enak, apalagi yang lebih mahal. Bayangkan kalau kalian memesan yang lebih mahal dulu, tapi ternyata tidak seenak yang kalian kira. Itulah tips buat kalian yang ingin makan sushi, tapi tidak tersedia conveyor belt dan buku menu. Sekarang kalian bisa memesan sushi dengan pede tanpa harus terintimidasi oleh chef dengan sorotan mata galak dengan pisau dapur yang diacungkan. Rasanya kalian sudah bisa menjadi seorang sushi experts.