Berita Jepang | Japanesestation.com

Perona mata dan pipi disapukan ke wajah wanita dengan kuas. Kaum hawa hanya menggunakannya, tak peduli dari mana kuas itu berasal. Mereka tak pernah tahu kalau puluhan keluarga di Jepang menggantungkan hidup dengan memproduksi benda lembut tersebut.

kumano-brushes (4) Kumano adalah kota di mana kuas-kuas itu berasal. Wilayah ini dipenuhi oleh pegunungan, letaknya sekitar 20 kilometer dari Hiroshima. Lahan pertanian sangat minim sehingga sulit untuk bertahan hidup di sini. Dari total 27 ribu penduduk, sekitar 1.500 warga membuat kuas untuk mencari nafkah. Kuas Kumano dibuat secara tradisional dengan kualitas global.

kumano-brushes (2) Setiap tahun, sampah kuas dari seluruh Jepang akan dikumpulkan dan dibuang ke atas tumpukkan kayu. Tradisi ini disebut Fude no Matsuri atau Brush Festival. Mereka melakukannya demi menghormati jiwa-jiwa kuas yang telah mati.

kumano-brushes (1) Kumano telah idetik dengan produksi sikat yang berkualitas. Secara resmi bahkan telah diakui sebagai seni industri tradisional. Sejak tahun 1840, warga membuatnya dengan otodidak disertai metode yang unik. Permintaan kuas melonjak saat seni kaligrafi di Jepang membumbung. Dari sinilah Kumano mulai menggaung namanya. Pada tahun 1952, lahirlah perusahaan Chikuhodo yang mempekerjakan 100 orang. Chikuhodo konsisten membuat kuas riasan kelas atas dan kuas cat, tapi tetap dengan teknik tradisional.

kumano-brushes (3) Wisatawan yang ingin lihat langsung atraksi pembuatan, bisa berkunjung ke Museum Kumano. Di sana, para pengrajin mendemonstrasikan pembuatan kuas. Museum tersebut menyimpan salah satu kuas kaligrafi terbesar, dengan panjang 3,7 meter dan berat 400 kilogram. Interior dipenuhi dengan kuas yang menggantung di langit-langit.