Berita Jepang | Japanesestation.com

Genre science-fiction tampaknya belum mati dalam dunia perfilman Jepang dengan dirilisnya TerraFormars dalam sinema lokal maupun dilepas juga di sinema internasional. Sayangnya adaptasi manga karya Yu Sasuga dan Kenichi Tachibana ini kurang dapat dieksekusi dengan baik oleh sutradara Takashi Miike yang sudah kepalang terkenal di genre slasher dan horror-nya. Bagaimana bisa?

review-terraformars-bombardir-aksi-dalam-kebingungan-genre-6

Film yang mengambil waktu di masa depan dalam Bumi yang populasinya sudah meledak, sehingga membutuhkan tempat baru untuk manusia tinggal dan telah membuat planet Mars menjadi sebuah alternatif. Proses terraform pun dilakukan untuk mengubah dataran Mars menjadi bisa ditinggali. Salah satunya adalah mengirim kecoa dalam jumlah besar. Sayangnya di sini kecoa telah berkembang-biak menjadi banyak sehingga harus dimusnahkan agar manusia dapat tinggal.

review-terraformars-bombardir-aksi-dalam-kebingungan-genre-1

Sekelompok manusia pun dikirim untuk misi tersebut. Beragam latar belakang mulai dari penjahat, teroris, sampai yakuza dikirimkan untuk menyingkirkan kecoa-kecoa tersebut. Sayangnya mereka tidak menyadari bila misi ini adalah misi bunuh diri karena musuh mereka telah berevolusi menjadi super kuat dan berbentuk selayaknya manusia. Untung saja mereka dibekali kemampuan merubah genetika mereka menjadi manusia super yang memiliki kekuatan serangga.

review-terraformars-bombardir-aksi-dalam-kebingungan-genre-3

Dari cerita yang ditawarkan dengan respon positif publik akan manga yang terbit di tahun 2011 ini, seharusnya TerraFormars dapat menjadi sebuah film yang memuaskan. Apalagi melihat para pemainnya yang tidak bisa dipandang remeh seperti Hideaki Ito yang sudah lama bekerjasama dengan Miike, Emi Takei yang menawan, Shun Oguri yang wajahnya sudah tidak asing lagi di penikmat film Jepang. Sayangnya sekali lagi banyak sekali faktor yang membuat film ini jauh dari kata memuaskan.

review-terraformars-bombardir-aksi-dalam-kebingungan-genre-2

Pertama yang menjadi ganjalan adalah kualitas CG di film ini. Sebenarnya dari kostum luar angkasa yang ditampilkan, sudah cukup memuaskan mata. Namun sayangnya seperti sebagian besar film Jepang, kualitas CG yang diberikan pada pasukan kecoa TerraFormars tidak sebagus yang dibayangkan, dengan banyaknya kritik untuk hal ini. Tidak selalu buruk, namun dalam beberapa scene tampak seperti film murahan atau dengan kata lain kualitas yang diberikan tidak stabil.

review-terraformars-bombardir-aksi-dalam-kebingungan-genre-4

Ganjalan kedua dan mungkin yang paling berat dalam kepastian genre. Dari plot yang ditawarkan dengan pertarungan super human vs TerraFormars, seharusnya ini dapat menjadi film aksi yang cukup serius dilihat dari manga-nya yang penuh baku hantam. Sayang sekali kebiasaan Miike yang sering menggarap film-film gore dan slasher yang terkadang dibumbui komedi terbawa sampai sini. Rangkaian panjang pertarungan nan serius tiba-tiba dihancurkan atmosirnya oleh adegan-adegan konyol yang mengundang gelak tawa penonton. Untuk TerraFormars rasanya ini tidak dapat dibenarkan.

Overall, kurang pantas bila saya memberikan penilaian film ini buruk karena menikmati setiap adegan aksi di dalamnya. Namun sekali lagi dari beberapa kekurangan di atas, film ini juga tidak bisa dimasukkan ke dalam kategori baik. Lantas bagaimana? Untuk kalian yang sedang tidak ada kerjaan, bingung mengisi malam minggu atau ingin menikmati film aksi yang menghibur, TerraFormars masih layak untuk menjadi tontonan.