Berita Jepang | Japanesestation.com

1

Meskipun dikenal cukup menjijikkan di barat,  di beberapa tempat di Jepang memiliki tradisi mengkonsumsi burung gagak. Salah satu contohnya adalah sajian di atas yang bisa kalian jumpai di restoran Perancis Espoir De Maison yang terletak di kota Chino, Nagano.

Penduduk Ibaraki, contohnya salah seorang pemburu bernama Shinya Senmatsu berkata bahwa hewan yang mengkonsumsi tumbuhan memiliki aroma yang nikmat dan tidak terlalu berbau. Hal ini belum layak dikatakan untuk daging burung gagak dikarenakan hewan ini memakan bangkai, tetapi penduduk setempat berkata bahwa daging burung ini "sangat lembut dan manis".

Tren untuk mengkonsumsi hewan buruan saat dikenal sebagai "Jibie" yang disadur dari kata "Gibier" dalam bahasa Perancis yang berarti "hewan hasil buruan". Di Mimasaka, Okayama sudah dibuka tempat pengolahan hewan hasil buruan, dan digunakan oleh para pemburu setempat untuk mengolah rusa dan babi hutan hasil buruan mereka.

Tempat pengolahan seperti ini sudah cukup diterima di masyarakat setempat dikarenakan hama seperti babi hutan mulai mengganggu industri pertanian setempat sehingga pemerintah menetapkan untuk mengendalikan populasi hama tersebut. Ini juga termasuk burung gagak, di mana Ibaraki dijuluki "tempat dengan populasi burung gagak terbanyak di Jepang" dengan perkiraan sekitar 4,600 ++ ekor.

2

"Hal ini cukup menolong dalam mengendalikan populasi hama," ujar Junichi Nakagawa, kepala sekolah Nakagawa Cooking Art College di kota Mito. Sang kepala sekolah juga saat ini sedang mempelajari cara penyajian burung gagak, yang kemungkinan besar akan menjadi hidangan khas wilayah ini.

Sementara itu pemburu lokal saat ini sedang gencar melakukan perburuan terhadap burung gagak dalam musim perburuan yang diadakan pemerintah setiap tahunnya. Para pemburu ini menggunakan kentang yang menjadi hasil pertanian utama perfektur Ibaraki sebagai umpannya. Para pemburu cukup menebar kulit kentang yang sudah dikukus di daerah yang luas dan menunggu para burung gagak untuk datang memakannya.

Para praktisi kesehatan mengklaim bahwa gagak yang layak dikonsumsi haruslah berasal dari sumber yang terpercaya dan dimasak sebaik mungkin sehingga layak dikonsumsi. Tetapi kantor berita Asahi Shimbun memberitakan bahwa dada burung gagak sangat populer disajikan gaya sashimi di kalangan penduduk.

Dikarenakan tradisi mengkonsumsi burung gagak baru mulai ada sejak akhir Perang Dunia II, para koki harus mencari berbagai ide resep ke Eropa di mana burung gagak sudah dikonsumsi sejak lama. Yang jadi pertanyaan adalah mengapa orang Eropa berhenti mengkonsumsi burung gagak pada akhir abad ke-20, sementara Jepang baru mulai mengkonsumsinya? Apakah dagingnya yang kurang enak ataukah masyarakat Jepang mulai kekurangan hewan buruan akhir-akhir ini?

Bagi saya pribadi saya mungkin tidak akan makan hidangan burung gagak, dikarenakan saya tinggal di Indonesia dan perjalanan ke Ibaraki dan Nagano cukup menyiksa kantong. Tapi entahlah, mungkin beberapa tahun ke depan orang-orang akan mengkonsumsi burung gagak secara umum sehingga saya mungkin akan mencobanya. Contohnya seperti kue Pie, di mana pada abad pertengahan kue pie yang disajikan berisi daging dan jeroan rusa dan hanya dikonsumsi di wilayah Eropa, bukan berisi buah yang dikonsumsi kebanyakan orang seperti sekarang.