Berita Jepang | Japanesestation.com

1915455IMG-20140923-00126780x390

Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, kedatangan perwakilan pemerintah Kota Kawasaki, Jepang, Rabu (7/1/2015). Dalam kunjungan tersebut, pemerintah Jepang berniat untuk bekerjasama dengan Kota Bandung dalam hal teknologi pemanfaatan sampah.

Pria yang akrab disapa Emil ini mengatakan, Dalam kerjasama tersebut pemerintah Jepang akan memberikan bantuan berupa mesin pengolah sampah organik (biodigester).

"Jepang ini tengah intensif membantu proyek persampahan di Bandung. Mereka akan membuat biodigester raksasa di empat lokasi," kata Emil saat ditemui di Pendopo Kota Bandung, Rabu siang.

Emil menambahkan, minggu ini dia akan pergi ke negeri matahari terbit untuk menindaklanjuti tawaran tersebut.

"Akhir minggu ini saya ke Jepang untuk finalisasi," ucapnya.

Emil mengaku sangat bersyukur menerima bantuan tersebut. Mimpinya, lanjut Emil, 30 Kecamatan di Kota Bandung masing-masing memiliki satu unit biodigester raksasa.

"Alhamdulillah, empat kecamatan akan di-cover oleh pemerintah Jepang," tuturnya.

Agar proyek tersebut berjalan lancar, sambil finalisasi di Jepang, dalam waktu dua hari ini Emil meminta kepada bawahannya untuk mencari kecamatan-kecamatan yang akan dialokasikan mesin biodigester tersebut.

Bisa hasilkan listrik

Emil menjelaskan, mesin-mesin biodigester bantuan pemerintah Jepang ini lebih canggih daripada mesin-mesin biodigester buatan lokal yang sudah dikembangkan warga Kota Bandung.

"Bedanya kalau yang biasa cuma menghasilkan gas yang bisa dimanfaatkan untuk memasak. Kalau ini (bantuan Pemerintah Jepang) bisa menghasilkan listrik," kata Emil.

Selain lebih canggih dalam soal teknologi, kapasitas biodigester Jepang ini juga memiliki kapasitas lebih besar. Bahkan, mesin ini bisa menampung sampah organik satu kecamatan.

Emil menambahkan, bantuan biodigester ini bisa mengurangi jumlah sampah organik di Kota Bandung. Selain itu, ritase angkut sampah ke TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat yang selama ini menjadi andalan Kota Bandung bisa berkurang.

"Kalau tidak ada halangan, kita mulai bangun bulan Mei ini. Ini merupakan bagian dari strategi pengurangan sampah untuk diangkut ke TPS dan TPA. Dengan begitu, tren di Bandung ritasenya bukan naik, tapi turun. Karena volumenya banyak berkurang di lingkungan," tandasnya.